Salah satu potensi usaha yang berpeluang untuk dikembangkan adalah perikanan budidaya,
baik budidaya air tawar, air payau, maupun air laut. Produksi perikanan budidaya
di Jwa Tengah meningkat dari 128.705,8 ton dengan nilai Rp.1.325 trliliun pada tahun
2008 menjadi 145.015.1 ton pada 2009 dengan nilai Rp.1,593 triliun. Sedang pada
tahun 2010 produksi perikanan budidaya mencapai 189.949,42 ton dengan nilai
Rp.2,188 triliun. Di Jawa Tengah, potensi air payau cukup besar guna dimanfaatkan
untuk melakukan usaha budidaya perikanan dengan berbagai komoditas yang
menguntungkan.
Pada tahun 2008, luas lahan budidaya air payau atau tambak tercatat
33.412,9 ha dan luasan tersebut cenderung meningkat dari tahun ketahun. Pada tahun
2009 luasnya 41.676,9 ha dan pada tahun 2010 meningkat menjadi 43.244,6 ha. Komoditas
yang dapat dibudidayakan di tambak antara lain ikan bandeng, belanak, patin,
kerapu, udang ,kepiting dan masih banyak lainya. Diantara berbagai jenis tersebut,
kepiting merupakan salah satu komoditas ekspor yang sangat menjanjikan
karena banyak diminati dan pangsa pasarnya luas. Daging kepiting mengandung
nutrisi tinggi, penting bagi kesehatan manusia dan diyakini dapat mencegah
kanker dan pengrusakan kromosom, juga meningkatkan daya tahan terhdap infeksi
virus dan bakteri, serta rasanya enak.
Di Jawa Tengah ,daerah yang giat dalam pengembangan budidaya
kepiting antara lain Kabupaten Pemalang. Kepiting yang dibudidayakan di
Pemalang dikenal dengan nama kepiting soka/kepiting kulit lunak/kepiting lemburi.
Kepiting ini adalah kepiting bakau yang dibudidayakan dan dilakukan pemanenan saat
ganti kulit (moulting) sehingga cangkangnya lunak dan dapat dikonsumsi. Benih
yang digunakan dapat berasal dari semua species kepiting yang
ukuran lebar karapasnya 5-7cm dengan berat berkisar anatara 70-15-
gram/ekor/. Benih yang dikembangkan
untuk produksi kepiting soka diperoleh
dari penangkapan alam yang mempunyai organ tubuh lengkap, warna cerah dan tidak
cacat atau luka pada bagian perut. Pembudidayaan kepiting soka umumnya dilakukan
pada tambak air payau dan dipelihara dalam keranjang secara individu karena
kepiting bakau mempunyai kecenderungan bersifat kanibal.
Agar berhasil baik, lokasi pembudidayaan kepiting soka harus
mengikuti habitat alaminya, yaitu air payau yang masih banyak ditumbuhi
mangrove. Kepiting soka dapat dipelihara secara tumpang sari (Polikultur)
dengan rumput laut, bandeng dan udang. Pakan yang diberikan adalah ikan rucah segar
yang dipotong-potong kecil dengan dosis pemberian antara 10-15% dari bobot kepiting
/hari, sebanyak 2 kali sehari (pagidan sore).
Untuk mendapat kankepiting soka/lemburi, dilakukan pengontrolan
setiap 3 jam sekali. Pada umunya proses moulting banyak terjadi pada waktu malam
hari. Pada tahun 2009, produksi kepiting soka Kabupaten Pemalang sebanyak
18,2 ton dan pada 2010 mencapai 25,3 ton. Kepiting soka yang berkualitas bagus
dan tidak cacat diekspor dalam bentuk segar antara lain ke Aamerika , China,
Jepang, Hongkong, Korea Selatan, Taiwan, Malaysia dan sejumlah negara di
Kawasan Uni Eropa, dan sisanya dipasarkan kerumah makan lokal Pemalang dan
sekitarnya. Dinegara-negara tersebut, kepiting merupakan menu restoran yang
cukup bergengsi dan bernilai mahal. Produk kepiting Pemalang juga memenuhi aspek
keamanan pangan (food safety) karena proses produksinya tidak menggunakan
obat-obatan, bahan kimia maupun antibiotik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar