Dominasi imperialisme yang sifatnya
menghancurkan di dalam arena dunia, yang makin kuat saja setelah keruntuhan
Stalinisme, berarti terjadinya eksploitasi yang makin parah terhadap Dunia
Ketiga secara keseluruhan. Dominasi negara-negara metropolitan masih lebih
besar daripada di masa lalu. Satu-satunya perbedaan adalah bahwa
birokrasi-militer lama yang langsung dikontrol oleh individu boss kolonial
telah diganti tempatnya oleh dominasi kolektif atas dunia kolonial oleh
negara-negara eksploiter yang kaya raya melalui mekanisme pasar. Di bawah panji
"globalisasi" dan "pembukaan pasar" imperialisme melakukan
pemaksaan melalui kebijaksanaan penurunan tarif dan swastanisasi berbagai
prasarana di seluruh Dunia Ketiga. Kebijakan-kebijakan ini adalah satu akibat
dari krisis kapitalisme di Dunia Barat yang memaksa negara-negara imperialis
tadi untuk terus mencari pasar dan lapangan investasi baru. Tetapi mereka
menetakkan kebangkrutan bagi industri-industri lokal di negara-negara yang
mereka datangi, industri-industri yang tak dapat melawan berbagai perusahaan
multinasional raksasa. Situasi ini telah memproduksi konsekuensi-konsekuensi
yang paling membinasakan dan telah menghasilkan akibat-akibat yang sebelumnya
tidak terlihat oleh Presiden Bush.
Secara tipikal, para pembuat strategi
AS mempunyai pandangan pendek. Mereka gagal mengerti apa yang telah diterangkan
oleh Trotsky bahkan sebelum Perang Dunia Kedua. Trotsky meramalkan bahwa
Amerika Serikat akan muncul dengan jayanya dari hiruk pikuk perang yang akan
tiba, tetapi sebagai akibatnya Amerika Serikat memasang dinamit di pondasinya
sendiri. Saat ini kita melihat bahwa ramalan ini menjadi kenyataan. Kolapsnya
Uni Soviet telah merubah bentuk relasi di antara pemilik kekuasaan, menjadikan
USA sebagai satu-satunya negara adi daya di dunia. Dalam sejarah umat manusia,
tidak pernah ada satu negara tunggal yang menikmati dominasi ekonomi dan
militer sedemikian rupa. Malahan krisis yang datang terus-menerus adalah
manifestasi bahwa imperialisme AS adalah si Colossus berkaki lempung. Meskipun
mengalami kemenangan militer dalam Perang Teluk, AS tidak mampu menggeser
Saddam Hussein. Usahanya dalam intervensi militer melawan milisi cakar ayam di
Somalia berakhir dalam satu kekalahan memalukan. Sekarang krisis di Asia dan
khususnya berbagai kejadian di Indonesia telah menempatkan revolusi secara ajeg
dalam agenda. Di Selatan, Amerika Serikat menghadapi suatu krisis menyeluruh di
Amerika Tengah dan Amerika Latin dengan berbagai gejolak sosial politik di
Meksiko, sebuah perang gerilya yang ber kepala batu di Kolombia, dan sebuah
situasi eksplosif di Argentina dan Brazil. Ke mana saja ia mengarahkan
pandangan, imperialisme AS dapat melihat bahwa tidak ada satupun rezim borjuis
bisa stabil. Seluruh dunia telah masuk ke dalam periode paling kejang dalam
kurun waktu ratusan tahun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar