Jumat, 06 Juli 2012

REVOLUSI KUBA


Lanjutan Marxisme dan Perjuangan Melawan Imperialisme
Perluasan bonapartisme kaum proletar di dunia kolonial menimbulkan juga masalah lain &endash;yaitu peran kelas buruh tani dalam revolusi. Selama seluruh periode hal ini berlangsung, kelihatannnya analisis klasik Marxisme yang menekankan peran kepemimpinan proletariat dalam revolusi telah dikhianati sejarah. Secara praktis setiap tendensi lain, dengan perkeculian milik kita, menerima teori-teori model baru mengenai perang gerilya. Kitalah satu-satunya yang menerangkan bahwa tidak ada kelas selain kelas proletar yang dapat memimpin pendirian sebuah negara kaum pekerja yang sehat.

Sebagaimana telah kita tekankan, dalam tulisan-tulisan Marx, Engels, Lenin, dan Trotsky, tak bisa ditemukan referensi ataupun bahkan tanda kemungkinannya bahwa kelas petani dapat memimpin jalannya revolusi. Alasan bagi hal itu adalah heterogenitas ekstrim kaum tani sebagai suatu kelas. Ia terbagi atas banyak lapisan, mulai dari buruh tak bertanah (yang benar-benar merupakan kaum proletar pedesaan) hingga petani-petani kaya yang mempekerjakan petani lain sebagai buruh upahan. Mereka tidak memiliki suatu kepentingan bersama dan oleh karena itu tidak dapat memainkan peran independen dalam masyarakat. Secara historis mereka telah mendukung kelas-kelas atau kelompok-kelompok lain di perkotaan. Satu-satunya kelas yang mampu memimpin sebuah revolusi sosialis yang berhasil adalah kelas buruh. Ini bukanlah karena alasan-alasan sentimental melainkan karena posisi yang didudukinya dalam masyarakat serta karakter kolektif dari perannya dalam produksi.


Kaum Marxis telah senantiasa memahami perang kaum tani sebagai sebuah alat bantu bagi kaum buruh dalam perjuangan meraih kekuasaan. Posisi tersebut pertama kali dikembangkan oleh Marx selama revolusi Jerman di tahun 1848, saat ia ngotot bahwa revolusi Jerman hanya dapat dimenangkan sebagai suatu edisi kedua dari Perang Buruh Tani. Dengan kata lain, gerakan kaum buruh di kota-kota akan harus menarik massa buruh tani di belakangnya. Penting untuk dicatat bahwa selama revolusi Rusia kaum buruh perindustrian mewakili tidak lebih dari 10 persen jumlah penduduk. Tetapi tetap saja kaum proletar memainkan peran pimpinan dalam revolusi Rusia, menarik berjuta-juta massa kaum tani miskin &endash;sobat alamiah dari kaum kaum proletar.
Kelihatannya perspektif ini telah dipalsukan setelah terjadinya Perang Dunia Kedua ketika sejumlah perang gerilya berakhir dengan kemenangan di Kuba, Vietnam, Angola, Mozambik, dsb. Revolusi Kuba adalah kasus khusus yang ganjil, meskipun pada dasarnya revolusi ini serupa dengan yang terjadi di Cina. Belum disadari sepenuhnya bahwa Castro mulai (bergerak) sebagai seorang demokrat-borjuis. Model yang dipakainya adalah revolusi Amerika di tahun 1776! Tetapi Mao kemudian secara orisinal mempunyai juga prespektif bagi sebuah periode panjang perkembangan kapitalis di Cina. Dalam kedua kasus ini logika situasi mendikte keluaran yang berbeda dengan yang ada di pikiran pemimpin tersebut.

Setelah menggebuk negara Batista kuno (ini bertentangan dengan nasehat Partai Komunis Kuba yang mengutuk Castro sebagai seorang borjuis kecil petualang), Castro mendapati dirinya berada di posisi yang sebelumnya sama sekali tidak dia lihat. Dia berusaha mengenalkan reformasi dan menarik pajak atas perusahan-perusahaan AS, yang membalas dengan kampanye sabotase meskipun pajak yang harus mereka bayar di Kuba lebih rendah jumlahnya daripada yang mereka bayar di Amerika Serikat. Washington mulai mengadakan blokade terhadap Kuba. Sebagai balasan, Castro merampas semua asset AS di Kuba. Karena sembilan dari sepuluh bagian ekonomi dimiliki oleh imperialisme AS, ini berarti secara praktis seluruh ekonomi dinasionalisasikan, mereka memutuskan untuk menyempurnakannya dan menasionalisasikan sepuluh persen yang tersisa. Dengan Moskow sebagai model di hadapannya, para pemimpin Kuba melakukan manuver untuk mendirikan sebuah rezim kaum bonapartis porletar.

Revolusi Kuba bertindak sebagai sebuah lampu suar bagi para buruh dan kaum tani tertindas di Amerika Tengah dan Latin. Di beberapa negara, mereka ini berusaha mengikuti perang gerilya cara Kuba, tapi meskipun daya tarik permukaannya dahsyat&endash;terutama bagi para mahasiswa muda, hal ini gagal di mana-mana, dengan hasil yang amat parah. Tendensi kita menjelaskan bahwa banyak dari kemenangan-kemenangan ini dicapai bukan oleh perang gerilya itu sendiri melainkan oleh kaum buruh yang menggelar pemogokan umum di kota-kota, inilah faktor menentukan itu. Itulah kasus di Kuba dan juga di Nigeria. Kita juga menjelaskan bahwa sebuah perang gerilya, bahkan meskipun ia berjaya, sama sekali hanya dapat membimbing ke arah sebuah negara kaum buruh yang cacat (negara kaum proletar bonapartis). Sifat paling dasar dari organisasi sebuah perang gerilya memang tidak membiarkan sebuah struktur demokratik dan kurangnya partisipasi kaum buruh di sebuah kerja terorganisasi dalam penumbanggan rezim berkuasa memiliki arti bahwa hirarki tentara gerilya akan membentuk birokrasi bagi negara yang baru.

Oleh karena itu, sambil memberi dukungan kritis pada gerakan-gerakan gerilya lainnya, yang terjadi sebagai wujud perjuangan rakyat melawan penindasan, tendensi kita menegaskan tuntutan bahwa faktor utama untuk merubah masyarakat adalah organisasi sadar kaum pekerja. Di hampir semua negeri-negeri di mana perang gerilya berkembang, kelas buruh sekecil-kecilnya pun jemlahnya sama besar dengan kelas buruh selama berlangsungnya revolusi Rusia di tahun 1917, dan jauh lebih besar sebagai suatu proporsii dari jumlah total populasi. Di bawah kepemimpinan sebuah partai Leninis yang sejati, kaum pekerja dapat mengadakan sebuah revolusi proletar klasik dengan cara seperti jalannya revolusi Oktober, di semua negara terbelakang asalkan bukan yang paling terbelakang. Lebih lanjut lagi, di banyak &endash;jikapun bukan di sebagian terbesar&endash; negara-negara ini, mayoritas jumlah penduduk saat ini hidup di daerah-daerah urban. Dalam jumlah, kelas buruh jauh lebih kuat daripada kasus Rusia di tahun 1917. Hanya kurangnya faktor subyektif &endash;sebuah partai revolusioner dan kepemimpinan&endash; yang menghalangi terjadinya revolusi proletariat seperti itu.

Semua kelompok yang dikenal sebagai "Trostkyist" pada saatnya mulai mempertahankan perang gerilya di Dunia Ketiga satu-satunya cara bagi revolusi sosialisme. Bahkan mereka bertindak terlampau jauh dengan menyatakan bahwa perang gerilya sebagai taktik utama meski di negeri-negeri di mana kaum tani bukan merupakan bagian yang berjumlah cukup besar dari populasi penduduk, mereka ini mengembangkan ide gila mengenai "gerilya kota" yang membawa kehancuran atas seluruh generasi kaum muda revolusioner di negeri-negeri seperti Argentina, Uruguay, dan lainnya.

Oportunisme organis dari para pemimpin Partai Komunis, penerimaan mereka atas borjuasi di bawah panji-panji teori "dua tahap", mendorong sebagian besar mahasiswa muda ke arah adventurisme &endash;terorisme individual dan gerilyaisme&endash; dalam pencarian mereka menemukan jalan pintas. Hal ini menyebabkan malapetaka di Amerika Latin, di mana taktik ini menggiring terjadinya pembantaian terhadap seluruh keturunan kader-kader muda revolusioner dan, puncaknya, ini menggiring terjadinya mimpi buruk keditaktoran militer di Argentina dan Uruguay. Jahatnya, yang dikenal dengan sebutan kaum Trotskyist tidak memerangi tendensi-tendensi ini, melainkan malah membantu dan bahkan berpartisipasi di dalamnya. Fakta-fakta ini memperlihatkan betapa jauh orang-orang ini telah terdegenerasi. Ide-ide yang telah terdiskredit di masa prasejarah gerakan sekarang ini muncul lagi dari peti sejarah yang berdebu, dipertontonkan sebagai sesuatu yang baru dan orisinal. Tetapi Marxisme bangsa Rusia lahir dalam perjuangan melawan segala bentuk terorisme dan "gerilyaisme" individual. Metode-metode yang begitu (terorisme individual dan gerilyaisme) mestilah hanya menuntun kepada kekalahan, bahkan jikapun sukses itu tidak dapat menuntun kepada pendirian sebuah negara kaum pekerja yang sehat, melainkan hanya pendirian sebuah karikatur birokratis.

Tidak ada komentar:

Sekilas Info

« »
« »
« »

Páginas