LOKASI
USAHA
Ketepatan pemilihan lokasi
merupakan salah satu syarat keberhasilan budidaya tiram mutiara. Ada beberapa
faktor yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan lokasi budidaya, yaitu :
(1).
Faktor Ekologi
Beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
dan kelangsungan hidup tiram, diantaranya kualitas air, pakan, dan kondisi
fisiologis organisme. Batasan faktor ekologi yang dapat digunakan untuk
mengevaluasi lokasi budidaya adalah :
Lokasi
terlindung
Lokasi usaha untuk budidaya tiram
mutiara ini berada di perairan laut yang tenang. Pemilihan lokasi pembenihan
maupun budidaya berada dekat pantai dan terlindung dari pengaruh angin musim
dan tidak terdapat gelombang besar. Lokasi dengan arus tenang dan gelombang
kecil dibutuhkan untuk menghindari kekeruhan air dan stress fisiologis yang
akan mengganggu kerang mutiara, terutama induk.
Dasar
perairan
Dasar perairan sebaiknya dipilih
yang berkarang dan berpasir. Lokasi yang terdapat pecahan-pecahan karang juga
merupakan alternatif tempat yang sesuai untuk melakukan budidaya tiram mutiara.
Arus
air
Arus tenang merupakan tempat yang
paling baik, hal ini bertujuan untuk menghindari teraduknya pasir perairan yang
masuk ke dalam tiram dan mengganggu kualitas mutiara yang dihasilkan. Pasang
surut air juga perlu diperhatikan karena pasang surut air laut dapat
menggantikan air secara total dan terus-menerus sehingga perairan terhindar
dari kemungkinan adanya limbah dan pencemaran lain.
Salinitas
Dilihat dari habitatnya, tiram
mutiara lebih menyukai hidup pada salinitas yang tinggi. Tiram mutiara dapat
hidup pada salinitas 24 ppt dan 50 ppt untuk jangka waktu yang pendek, yaitu 2
– 3 hari. Pemilihan lokasi sebaiknya di perairan yang memiliki salinitas antara
32 – 35 ppt. Kondisi ini baik untuk pertumbuhan dan kelangsungan hidup tiram
mutiara.
Suhu
Perubahan suhu memegang peranan
penting dalam aktivitas biofisiologi tiram di dalam air. Suhu yang baik untuk
kelangsungan hidup tiram mutiara adalah berkisar 25 – 30 0 C. Suhu air pada
kisaran 27 – 31°C juga dianggap layak untuk tiram mutiara.
Kecerahan
air
Kecerahan air akan berpengaruh
pada fungsi dan struktur invertebrata dalam air. Lama penyinaran akan
berpengaruh pada proses pembukaan dan penutupan cangkang. Cangkang tiram akan
terbuka sedikit apabila ada cahaya dan terbuka lebar apabila keadaan gelap.
Untuk pemeliharaan sebaiknya kecerahan air antara 4,5 – 6,5 m. Jika kisaran
melebihi batas tersebut, maka proses pemeliharaan akan sulit dilakukan. Untuk
kenyamanan, induk tiram harus dipelihara di kedalaman melebihi tingkat
kecerahan yang ada.
Derajat
keasaman
Derajat keasaman air yang layak
untuk kehidupan tiram pinctada maxima berkisar antara pH 7,8 – pH 8,6 agar
tiram mutiara dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Pada prinsipnya, habitat
tiram mutiara di perairan adalah dengan pH lebih tinggi dari 6,75. Tiram tidak
akan dapat berproduksi lagi apabila pH melebihi 9,00. Aktivitas tiram akan
meningkat pada pH 6,75 – pH 7,00 dan menurun pada pH 4,0 – 6,5.
Oksigen
terlarut
Oksigen terlarut dapat menjadi faktor
pembatas kelangsungan hidup dan perkembangannya. Tiram mutiara akan dapat hidup
baik pada perairan dengan kandungan oksigen terlarut berkisar 5,2 – 6,6 ppm.
Pinctada Maxima untuk ukuran 40 – 50 mm mengkonsumsi oksigen sebanyak 1,339
l/l, ukuran 50 – 60 mm mengkonsumsi oksigen sebanyak 1,650 l/l, untuk ukuran 60
– 70 mm mengkonsumsi sebanyak 1,810 l/l.
Parameter
lain
Fosfat
Kandungan fosfat yang lebih tinggi
dari batas toleransi akan mengakibatkan tiram mutiara mengalami hambatan
pertumbuhan. Fosfat pada kisaran 0,1001 – 0,1615 g/l merupakan batasan yang
layak untuk normalitas hidup dan pertumbuhan organisme budidaya. Lokasi budidaya
dengan fosfat berkisar antara 0,16 – 0,27 g/l merupakan kandungan fosfat yang
baik untuk budidaya mutiara.
Nitrat
dan nitrit
Kisaran nitrat yang layak untuk
organisme yang dibudidayakan sekitar 0,2525 – 0,6645 mg/l dan nitrit sekitar
0,5 – 5 mg/l. Konsentrasi nitrit 0,25 mg/l dapat mengakibatkan stres dan bahkan
kematian pada organisme yang dipelihara.
Amoniak
Batas toleransi organisma akuatik
terhadap amoniak berkisar antara 0,4 – 3,1 g/l. Pada kisaran yang lebih tinggi
dari angka tersebut dapat mengakibatkan gangguan pernafasan dan akhirnya
mengakibatkan kematian pada organisme.
Pemilihan lokasi juga harus
terhindar dari polusi dan pencemaran air, misalnya pencemaran yang berasal dari
limbah rumah tangga, limbah pertanian, dan limbah industri. Pencemaran air akan
mengakibatkan kematian, baik spat maupun induk tiram mutiara.
Selain itu kegiatan mulai dari pembenihan sampai
dengan budidaya induk tiram dapat dipilih lokasi di sekitar pantai yang
berdekatan dengan lokasi tempat tinggal pengelola usaha budidaya. Hal ini untuk
kemudahan dalam pengangkutan dan pemindahan induk tiram mutiara, sehingga
mengurangi risiko kerugian akibat kematian.
(2).
Faktor Risiko
Pencemaran
Lokasi budidaya tiram mutiara
harus berada di lokasi yang bebas dari pencemaran, misalnya limbah rumah tanga,
pertanian, maupun industri. Limbah rumah tangga dapat berupa deterjen, zat
padat, berbagai zat beracun, dan patogen yang menghasilkan berbagai zat
beracun. Pencemaran yang berasal dari kegiatan pertanian berupa kotoran hewan,
insektisida, dan herbisida akan membahayakan kelangsungan hidup tiram mutiara.
Manusia
Pencurian dan sabotase merupakan
faktor yang juga perlu dipertimbangkan dalam menentukan lokasi budidaya
mutiara. Risiko ini terutama pada saat akan panen atau setelah satu tahun
penyuntikan inti bulat (nukleus).
FASILITAS
PRODUKSI DAN PERALATAN
Fasilitas produksi dan peralatan utama yang
dibutuhkan untuk budidaya tiram mutiara ini adalah :
1.
Rakit Pemeliharaan
Rakit apung selain sebagai tempat
pemeliharaan induk, pendederan, dan pembesaran, juga berfungsi sebagai tempat
aklimatisasi (beradaptasi) induk pasca pengangkutan. Bahan rakit dapat dibuat
dari kayu dengan ukuran 7m x 7m. selain kayu, bahan rakit dapat pula terbuat
dari bambu, pipa paralon, besi, ataupun alumunium. Bahan pembuat ini
disesuaikan dengan anggaran, ketersediaan bahan, dan umur ekonomis.
Untuk menjaga agar rakit tetap
terapung, digunakan pelampung seperti pelampung yang terbuat dari styrofoam,
drum plastik, dan drum besi. Agar rakit tetap kokoh, maka sambungan sambungan
kayu diikat dengan kawat galvanizir. Apabila kayu berbentuk persegi, maka
sambungan dapat menggunakan baut. Pemasangan rakit hendaknya dilakukan pada
saat air pasang tertinggi dan diusahakan searah dengan arus air atau sejajar
dengan garis pantai. Hal ini bertujuan untuk menghindari kerusakan rakit
apabila terjadi gelombang besar. Agar rakit tetap berada pada posisi semula,
maka rakit diberi jangkar berupa pemberat yang terbuat dari semen seberat 50-60
kg. Tali jangkar yang digunakan antara 4-5 kali kedalaman tempat.
2.
Keranjang Pemeliharaan Induk
Keranjang pemeliharaan induk bisa
terbuat dari kawat galvanizir, plastik, atau kawat alumunium. Jika menggunakan
bahan dari kawat, sebaiknya keranjang dilapisi atau dicelupkan dengan bahan
plastik atau aspal sehingga daya tahan keranjang tersebut lebih lama. Ukuran
keranjang 25 cm x 25cm x 60 cm. Ukuran ini dapat bervariasi, tergantung ukuran
induk, ketersediaan bahan, biaya, dan kemudahan penanganannya. Satu keranjang
pemeliharaan dapat diisi dengan induk ukuran dorso ventral 17 – 20 cm (DVM)
sebanyak 8 – 10 ekor.
Untuk pendederan atau pemeliharaan
spat yang baru dipindahkan dari hatchery, digunakan keranjang jaring ukuran 40
cm x 60 cm. Untuk spat ukuran 2-3 cm dipelihara dalam keranjang dengan lebar
jaring ukuran 0,5 – 1 cm. Lebar mata jaring yang digunakan disesuaikan dengan
ukuran spat. Semakin besar ukuran spat, maka digunakan jaring dengan mata
jaring yang lebih besar pula agar sirkulasi air dapat terjaga dengan baik.
3.
Spat Kolektor
Bahan yang digunakan untuk tempat
penempelan spat atau sebagai substrat disebut kolektor. Spat kolektor dapat
terbuat dari berbagai jenis bahan, misalnya serabut tali PE, tali PE, senar
plastik, paranet, asbes gelombang, genteng fiber, atau bilah pipa paralon. Jika
terbuat dari bahan paranet, serabut tali, atau bahan lain berbentuk serabut,
maka harus digunakan kantong untuk meletakkan bahan tersebut. Keranjang jaring
dengan kerangka besi atau kawat ukuran 40 cm x 60 cm juga dapat digunakan
sebagai wadah kolektor. Potongan paranet atau serabut tali dimasukkan ke dalam
kantong-kantong jaring dan diikat erat.
Pipa paralon juga dapat digunakan
sebagai kolektor. Caranya pipa paralon berdiameter 2-3 inci dipotong sepanjang
30 – 50 cm, lalu dibelah menjadi dua. Selanjutnya belahan pipa tersebut dijalin
dengan tali PE (berdiameter 3-5 mm) sepanjang 40 – 50 cm.
4.
Bak Pencucian
Bak pencucian digunakan untuk
membersihkan tiram mutiara dari organisma dan parasit lain yang menempel pada
tiram mutiara. Organisma dan parasit yang menempel di kulit tiram akan
mengakibatkan lambatnya pertumbuhan tiram mutiara. Bak pencucian biasanya
terbuat dari fiberglass, tetapi ada juga bak pencucian ini terbuat dari bahan
lain yang awet, seperti dari semen, plastik dan bahan lainnya.
Tabel
1. Fasilitas yang Dibutuhkan dalam Usaha Budidaya Mutiara
No
|
Jenis Keranjang
|
Ukuran
|
1.
|
Keranjang
jaring
|
40 cm x
60 cm
|
2.
|
Keranjang
kawat
|
25 cm x
25 cm x 60 cm
|
3.
|
Keranjang
waring
|
40 cm x
60 cm
|
Sumber:
Winanto, Tjahjo, Memproduksi Benih Tiram Mutiara, Seri Agribisnis, Tahun 2004
Tabel
2. Fasiltas dan Perlengkapan Lain yang Dibutuhkan dalam Budidaya Mutiatra
Jenis Fasilitas dan Peralatan
|
Satuan
|
Jumlah
|
Umur
Ekonomis |
Kontruksi tambak
|
|||
rakit
apung ukuran 7m x 7m
|
unit
|
2
|
5
|
tali
tambang untuk jalur*)
|
gulung
|
30
|
5
|
pelampung
jalur tambang
|
unit
|
300
|
5
|
Jangkar
untuk 30 jalur
|
unit
|
60
|
10
|
Peralatan Budidaya Mutiara
|
|||
pengebor
siput
|
unit
|
2
|
5
|
tang
pembuka siput
|
unit
|
2
|
5
|
keranjang
kawat
|
unit
|
120
|
5
|
spat
kolektor
|
unit
|
300
|
5
|
keranjang
jaring
|
unit
|
1.500
|
5
|
genset
|
unit
|
2
|
5
|
bak
pencucian
|
unit
|
5
|
5
|
mesin
semprot jaring
|
unit
|
2
|
5
|
body
perahu tanpa mesin
|
unit
|
1
|
5
|
mesin
perahu 40 pk
|
unit
|
1
|
5
|
lampu
sorot
|
unit
|
2
|
5
|
bola
lampu sorot
|
unit
|
2
|
1
|
Bangunan
|
|||
bangunan
kantor
|
m2
|
150
|
5
|
sewa
bangunan gudang
|
m2
|
200
|
5
|
menara
pengawas
|
unit
|
1
|
5
|
Sumber
: Lampiran
1, Asumsi
dan Parameter untuk Analisis Keuangan Budidaya Mutiara
*) = per gulung 100 meter.
*) = per gulung 100 meter.
Bila
dilihat dari umur ekonomisnya, masing-masing peralatan memiliki umur ekonomi
relatif pendek, terutama untuk keranjang jaring, keranjang kawat, tali tambang,
pelampung jalur tambang, dan spat kolektor. Hal ini dikarenakan peralatan dan fasilitas
tersebut rentan terhadap korosi air laut.
BAHAN BAKU
Bahan
baku yang dibutuhkan untuk budidaya mutiara ini ada dua macam, yaitu : (1).
spat (benih) tiram mutiara jenis pinctada maxima; dan (2) inti bundar (nukleus)
.
Kedua
jenis bahan baku ini merupakan bahan baku utama yang harus ada dalam proses
budidaya tiram mutiara. Inti bundar atau nukleus merupakan benda yang
disuntikkan kedalam tiram untuk menghasilkan mutiara.
Tabel
4.3. Bahan Baku Yang Dibutuhkan dalam Usaha Budidaya Mutiara
Bahan
Baku
|
Diperoleh
dari
|
Harga
Bahan Baku
|
Kerang anakan (spat)
|
pengembangbiakan sendiri (hatchery)
membeli dari hatchery
membeli dari perusahaan lain
|
Rp 2.000 – 2.800 / cm
|
Nukleus
|
Impor dari Jepang
|
US $ 500 / kg
|
Sumber:
Data Primer
TENAGA
KERJA
Tenaga
kerja untuk budidaya mutiara ini harus memiliki keahlian khusus, terutama untuk
melakukan operasi penyuntikan nukleus kedalam tiram mutiara. Ketidaktepatan
dalam penempatan nukleus akan mengakibatkan kegagalan panen karena nukleus yang
sudah dimasukkan akan dimuntahkan kembali. Untuk tenaga kerja lain, seperti
tenaga kerja untuk perawatan tiram mutiara dan tenaga kerja untuk keamanan
tidak memerlukan keahlian khusus. Jumlah tenaga kerja untuk keamanan relatif
banyak karena budidaya ini rentan terhadap perampokan dan pencurian.
Tabel
4.4. Pengeluaran Untuk Tenaga Kerja pada Budidaya Tiram Mutiara Per Tahun
Jenis
Tenaga Kerja
|
Satuan
|
Gaji/Upah
|
Tenaga kerja tetap
|
||
a. Jumlah
|
orang
|
5
|
b. Bulan kerja
|
bulan
|
12
|
c. Gaji
|
Rp/bln
|
1.500.000
|
d. Jumlah
|
Rp
|
90.000.000
|
Tenaga tidak tetap (panen)
|
||
a. Jumlah
|
orang
|
3
|
b. Jumlah Hari
|
Hari
|
365
|
c. Upah
|
Rp/hari
|
15.000
|
d. Jumlah
|
Rp
|
16.425.000
|
Tenaga keamanan
|
||
a. Jumlah
|
orang
|
9
|
b. Bulan kerja
|
bulan
|
12
|
c. Gaji
|
orang/bulan
|
1.200.000
|
d. Jumlah
|
Rp
|
129.600.000
|
TEKNOLOGI
Teknologi
yang digunakan pada budidaya tiram mutiara ini merupakan kombinasi antara
teknologi sederhana dan teknologi modern. Teknologi sederhana yang digunakan
dalam budidaya mutiara ini adalah penggunaan fasilitas rakit apung, sedangkan
teknologi modern yang digunakan adalah bioteknologi untuk perawatan tiram dari
spat sampai tiram siap untuk dioperasi. Teknologi operasi peletakan nukleus
pada kerang yang telah cukup umur (ukuran minimal 9 cm) sangatlah rumit dan
kompleks. Untuk pengoperasian ini digunakan tenaga kerja asing yang sebagian
besar berasal dari Jepang.
PROSES PRODUKSI
Proses
budidaya tiram mutiara secara garis besar melalui tiga tahapan, yaitu:
a.
Pengoperasian tiram
b.
Pemeliharaan
c. Panen
Untuk
proses produksi usaha budidaya mutiara ini, spat yang berukuran 700 milimikron
dipelihara dan dibersihkan, serta diseleksi untuk dibudidayakan. Setelah tiram
diseleksi, maka tahap selanjutnya adalah memasukkannya kedalam kolektor. Isi
satu kolektor untuk ukuran ini adalah 200 – 300 buah. Spat yang dipelihara
tersebut akan dipelihara selama 2 bulan. Setelah 2 bulan, maka spat akan
bertambah menjadi 2 – 3 centimeter. Dalam jangka waktu tersebut, ukuran
masing-masing tiram tidak selalu sama. Langkah selanjutnya adalah memasukkan
tiram ukuran 2-3 cm tersebut kedalam waring (net) yang berisi 20 buah. Tiram
mutiara yang telah dipelihara dalam kurun waktu tersebut akan siap dioperasi
apabila ukuran minimalnya 9 cm. Rata rata pertumbuhan tergantung pada suhu dan
kondisi air. Apabila kondisi air berkurang, maka tiram kemungkinan tidak
terjadi pertumbuhan. Setelah satu setengah tahun dioperasi maka tiram sudah
dapat menghasilkan mutiara yang siap untuk diperdagangkan.
(1). Pengoperasian Tiram Mutiara
Cara
pemasangan inti mutiara bulat pada tiram mutiara yang telah terbuka
cangkangnya, dengan menempatkannya dalam penjepit dengan posisi bagian anterior
menghadap ke pemasang inti. Setelah posisi organ bagian dalam terlihat jelas,
dibuat sayatan mulai dari pangkal kaki menuju gonad dengan hati-hati. Kemudian
dengan graft carrier masukkan graft tissue (potongan mantel) ke dalam torehan
yang dibuat. Inti dimasukkan dengan nucleus carrier secara hati-hati sejalur
dengan masuknya mantel dan penempatannya harus bersinggungan dengan mantel.
Setelah pemasangan inti selesai, tiram mutiara dipelihara dalam keranjang
pemeliharaan.
Untuk
pemasangan inti mutiara setengah bulat (blister), tiram mutiara yang telah terbuka
cangkangnya diletakkan dalam penjepit dengan posisi bagian ventral menghadap
arah pemasang inti. Inti mutiara blister bentuknya setengah bundar, jantung
atau tetes air. Diameter inti mutiara blister berkisar 1 ~ 2 cm. Setelah itu
sibakkan mantel yang menutupi cangkang dengan spatula, sehingga cangkang bagian
dalam (nacre) terlihat jelas. Inti mutiara blister yang telah diberi
lem/perekat dengan alat blister carrier ditempatkan pada posisi yang
dikehendaki; minimal 3 mm di atas otot adducator.
Setelah
cangkang bagian atas diisi inti mutiara blister, kemudian tiram mutiara dibalik
untuk pemasangan inti cangkang yang satunya. Diusahakan pemasangan inti ini
tidak saling bersinggungan bila cangkang menutup. Satu ekor tiram mutiara dapat
dipasangi inti mutiara blister sebanyak 8 ~ 12 buah, dimana setiap belahan
cangkang dipasangi 4 ~ 6 buah, setelah pemasangan inti mutiara blister selesai,
tiram mutiara dipelihara dalam keranjang pemeliharaan di laut.
(2). Proses Pemeliharaan
Tiram
mutiara yang dipasangi inti mutiara bulat perlu dilakukan pengaturan posisi
pada waktu awal pemeliharaan, agar inti tidak dimuntahkan keluar. Disamping itu
tempat dimasukkan inti pada saat operasi harus tetap berada dibagian atas.
Pemeriksaan
inti dengan sinar-X dilakukan setelah tiram mutiara dipelihara selama 2 – 3
bulan, dengan maksud untuk mengetahui apabila inti yang dipasang dimuntahkan
atau tetap pada tempatnya.
Pembersihan
cangkang tiram mutiara dan keranjang pemeliharaannya harus dilakukan secara
berkala; tergantung dari kecepatan/kelimpahan organisme penempel.
(3). Panen
Waktu yang
dibutuhkan dari setelah dioperasi (nukleus dimasukkan kedalam kerang) sampai
dengan masa panen adalah 1,5 tahun. Jadi jangka waktu dari mulai spat sampai
dengan panen dibutuhkan waktu kurang lebih tiga tahun. Dalam satu tahun dapat
dilakukan 2-3 kali operasi sehingga dalam satu tahun dapat dipanen lebih dari
satu kali. Setelah kerang menghasilkan mutiara, maka kerang dewasa tersebut
dapat dioperasi lagi sebanyak 2 sampai 3 kali (cukunyo), dengan setiap masa
panen menunggu jangka waktu 1 tahun.
JUMLAH, JENIS DAN MUTU PRODUKSI
(1). Jumlah Produksi
Jumlah produksi mutiara tergantung
pada jumlah kerang yang sudah dioperasi. Setiap kerang akan menghasilkan satu
butir mutiara seberat antara 2,5 sampai 3 gram. Risiko kegagalan dari budidaya
ini cukup tinggi, yaitu rata-rata 30 persen. Artinya dari 10.000 kerang yang
dipelihara dan dioperasi, 3.000 diantaranya akan mati atau gagal panen.
(2). Jenis Produksi
Dengan cara pembudidayaan yang
benar, maka jenis mutiara yang dihasilkan dapat dibedakan menjadi lima jenis,
yaitu :
a. Round (bundar sempurna)
b. Semi round (agak bundar)
c. Drop (bentuk tetesan air)
d. Oval (lonjong)
e. Barok (bentuk tidak beraturan)
(3). Mutu Produksi
Mutiara yang dihasilkan sangat
tergantung dari teknik menyuntik dan kondisi alam selama proses penyuntikan
sampai dengan panen. Mutiara yang dihasilkan dengan cara budidaya yang biasa,
terbagi menjadi 3 tingkatan, yaitu :
a. Grade A : 40 persen
b. Grade B : 30 persen
c. Grade C : 30 persen.
PRODUKSI OPTIMUM
Kapasitas produksi optimum
tergantung pada jumlah blok yang dimiliki, setiap blok biasanya berukuran lebar
10 meter dan panjang rentang tali 100 meter. Untuk setiap blok terdapat 11 buah
rentang tali yang berjarak masing-masing 1 meter. Rata-rata jarak antar blok 10
– 15 meter dan sangat tergantung pada ketersediaan lokasi. Jumlah kerang
berukuran 10 centimeter yang siap dioperasi sekitar 10 persen dari jumlah
seluruh kerang yang dimiliki. Kerang besar dimasukkan ke dalam kantung jaring
berbingkai besi dengan ukuran 40 cm x 70 cm untuk 8 – 12 kerang.
KENDALA PRODUKSI
Pengusaha mutiara mengalami
kesulitan karena mutiara yang dihasilkan pada satu musim panen tidak seragam
baik keseragaman bentuk maupun keseragaman kualitas.
Selain itu risiko keamanan dari
pencurian dan perampokan merupakan kendala produksi yang seringkali
mengakibatkan kerugian sampai miliaran rupiah, bahkan kebangkrutan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar