Penduduk Nicaragua, sebagaimana halnya sebagian besar
penduduk di kawasan Amerika Tengah dan Selatan, memiliki sejarah panjang
perjuangan anti-kolonial dan anti-imperialis. Kemenangan revolusi Sandinista,
20 tahun yang lalu, pada tanggal 19 Juli 1979, dengan programnya sosialis
demokratik revolusioner, menunjukkan suatu alternatif bagi para buruh tani dan
pekerja Amerika Latin yang tertindas dan tereksploitasi, dan juga memberikan
inspirasi untuk para aktivis di seluruh wilayah dunia kapitalis maju.
Setelah 47 tahun masa tirani yang dialami oleh warga
Nicaragua di bawah pemerintahan diktator rezim Somoza, Front Pembebasan
Nasional Sandinista (FSLN) telah berhasil memimpin suatu revolusi di
mana gerakan militernya mampu memobilisasi massa ke arah suatu pemberontakan.
Menyusul kemerdekaannya
dari penjajahan Spanyol pada tahun 1821, Nicaragua mengalami serangan dan
intervensi ekonomi, politik dan militer yang tiada kunjung usai dari pemerintah
Amerika Serikat. Pada tahun 1854, seorang tentara bayaran Amerika Serikat, William
Walker, memposisikan dirinya di Nicaragua, dan menyatakan diri sebagai
presiden pada tahun 1856, dan tentu saja mendapatkan pengakuan dari Kementerian
Luar Negeri Amerika Serikat. Ia mencoba memperkenalkan perbudakan ke negara
itu, namun akhirnya didepak oleh pasukan Nicaragua dan pasukan Amerika Latin
lainnya.
Periode ini disusul
oleh rezim Jose Zelaya yang lebih liberal dalam waktu singkat, sejak
1893, namun pemerintah Amerika Serikat terus melancarkan intervensi dalam
urusan-urusan dalam negeri Nicaragua dengan mengirimkan sejumlah besar pasukan
ke berbagai pelabuhan. Bersamaan dengan para oponen lokal, yang dibiayai,
diorganisasi, dan disenjatai oleh Amerika Serikat, pasukan-pasukan Amerika
Serikat ini akhirnya terlibat dalam penggulingan Zelaya pada tahun 1909.
Setelah rangkaian kejadian ini,
Amerika Serikat akhirnya mengambil alih negara itu – jalan kereta api, bank,
jasa pabean, dan infrastruktur lainnya akhirnya diserahkan ke financiers
(pemberi dana) amerika Serikat. Militer amerika Serikat memimpin dewan
pemilihan (electoral council) Nicaragua dan setiap calon presiden harus
terlebih dulu mendapatkan persetujuan dari Kedutaan Amerika Serikat.
Sandino
Tehadap
penindasan inilah Augusto Cesar Sandino membentuk angkatan gerilyanya
pada tahun 1926, dengan maksud untuk mendepak kekuatan-kekuatan imperialis dan
menegakkan kedaulatan Nicaragua. Sandino mendapatkan pendidikan politiknya
melalui gerakan tenaga kerja terorganisasi sebagai seorang pekerja di
ladang-ladang minyak Mexico dan selama pemberontakan Mexico.
Karena tentara rakyat Sandino terus
berkembang dan aktivitas gerilya menyebar dari pantai ke pantai, Amerika
serikat akhirnya memposisikan seorang diktator masa depan, Anastasio Somoza,
sebagai Komandan Garda Nasional (The National Guard) pada tahun 1932. Setelah
masa itu, pasukan Amerika Serikat meninggalkan Nicaragua menyusul pemilihan
presiden yang lebih liberal, Sacasa. Sandino diminta hadir dalam
pembicaraan damai pada tahun 1934 di ibukota, Managua, dan dibunuh oleh Garda
Nasional.
FSLN didirikan pada tahun 1961 oleh Carlos
Fonsea, Silvia Mayorga, Tomas Borge, Santos Lopez, yang merupakan veteran
tentara gerilya dan lain-lainnya. Organisasi ini mengambil nama dari Sandino.
Organisasi ini didirikan dalam
beberapa tahun setelah revolusi Kuba, yang memberikan banyak inspirasi
dan pelajaran politik penting lain ke dalam kepemimpinan Nicaragua karena
mereka meberikan contoh nyata tentang kekuatan massa pekerja dan buruh tani
untuk secara radikal mengubah masyarakat. Kondisi-kondisi sangatlah berbeda di
tiap negara, dan tentu revolusi Kuba serta FSLN memiliki pandangan yang
berbeda-beda mengenai banyak hal, sementara hal ini tetap merupakan kolaborasi
penting bagi perkembangan awal FSLN
Program 1969
Pada tahun 1969, menerbitkan programnya,
yang menuntut penghancuran aparatur militer dan birokratis rezim diktator dan
pendirian sebuah “ Pemerintahan Revolusioner yang berbasis aliansi buruh
tani dan pekerja”. Pemerintah akan mempersenjatai rakyat – mahasiswa,
pekerja, dan buruh tani – untuk mempertahankan diri terhadap serangan dari
serangan para penguasa yang tersingkir dan imperialisme Amerika Serikat.
Unsur utama dalam program FSLN
adalah reformasi pertanian, yang dimulai dengan ekspropriasi kapitalis dan
perkebunan-perkebunan feodal, dan khususnya pengklaiman kembali semua tanah,
perkebunan, pabrik, perusahaan dan bangunan dinasti Somoza dan kroni-kroninya.
Langkah-langkah lain yang dijabarkan pada tahun 1969 meliputi nasionalisasi
perusahaan-perusahaan, bank-bank luar negeri, pengontrolan oleh pemerintah atas
perdagangan luar negeri, dan ekonomi nasional terencana.
Masih dibutuhkan waktu 10 tahun
sejak dilancarkannya program tahun 1969 sebelum kemenangan FSLN dalam
menggulingkan rezim diktator itu. Sementara itu, penduduk Nicaragua mengalami
penindasan yang luar biasa saat pemerintahan rezim diktator. Kemiskinan,
pengangguran, eksploitasi dan penindasan merajalela.
Sebuah gempa bumi besar pada tahun
1972, yang menghancurkan sebagian besar infrastruktur Managua justru
memperburuk kondisi dan keputusan warga Nicaragua. Tingkat buta huruf adalah
sekitar 51%, mortalitas (angka kematian) bayi sangat tinggi. Banyak anak tidak
mengenyam bangku pendidikan dan pelayanan kesehatan, dan Garda Nasional
membunuh kira-kira 40.000 warga Nicaragua selama berlangsungnya rezim diktator
itu – kebanyakan diantaranya adalah para pemuda yang mengangkat senjata melawan
rezim itu. Menurut semboyan Sandino “lebih baik mati sebagai pemberontak
daripada hidup sebagai budak.”
Peran Wanita
Wanita
memainkan peran penting dalam revolusi Sandinista, yang dilibatkan dalam semua
jenjang perjuangan pada tingkat yang lebih besar dibanding dengan revolusi
sebelumnya. Banyak wanita turut memanggul senjata dan banyak diantaranya
terbunuh dalam perjuangan itu. Beberapa diantaranya menjadi pemimpin utama
perjuangan itu seperti misalnya Comandante Dora Maria Tellez, yang
memimpin operasi paling dramatis dalam revolusi itu dimana seluruh Majelis
Nasional disandera untuk dipertukarkan dengan pembebasan pejuang Sandinista
yang tertangkap, termasuk Tomas Borge.
Fokus
terhadap keterlibatan wanita dalam perjuangan itu telah ditekankan sejak
pembentukan FSLN. Program asli 1969 menyatakan: “Revolusi rakyat Sandinista
akan menghapuskan diskriminasi yang menjijikan yang dialami oleh wanita dalam
kedudukannya terhadap pria; program ini akan memperjuangkan persamaan ekonomi,
politik dan kultur (budaya) antara pria dan wanita.” Pada jenjang tertinggi perjuangan ini, wanita
membentuk 40% kepemimpinan.
Dengan
cepatnya pertumbuhan kelas pekerja di daerah perkotaan, dan terbatasnya
keberhasilan pejuang-pejuang FSLN dalam perjuangan gerilya pedesaan, diskusi
mengenai jalan terbaik untuk mewujudkan program FSLN dikelompokkan ke dalam
tiga daerah utama, yang akhirnya menjadi tiga faksi tersendiri pada tahun 1975.
Serangan Final
Saat
penindasan merajalela dan kondisi-kondisi menjadi matang untuk penggulingan
rezim diktator itu, dialog-dialog FSLN dan pemahaman mengenai strategi Marxist
terus berlanjut, yang mengarah kepada pelancaran suatu program baru pada tahun
1977 dan akhirnya mempersatukan kembali faksi-faksi yang ada pada tahun 1978.
Program itu diberi judul “Landasan (Platform) Politik dan Militer FSLN
untuk Penghapusan Rezim Diktator”. Bahasa itu disederhanakan, dan
tujuannya menjadi jelas – depak Somoza dan kroni-kroninya dari jabatannya dan
dapatkan kembali apa yang menjadi hak rakyat.
Pada
saat FSLN menghimpun kekuatan mulai seluruh gerakan dan mobilisasi urban tahun
1978-1979, komite rakyat dan gerakan milisi terus tumbuh dan berkembang. Para
kapitalis Nicaragua bersifat relatif terbebas dari investasi imperialis
langsung di negara itu, dan disana sudah ada konflik pada tingkat tertentu
antara kelas penguasa termasuk dendam terhadap penyalahgunaan kekuasaan oleh
Somoza untuk memperkaya diri sendiri.
FSLN
telah merencanakan untuk mengeksploitasi ketegangan ini dan menawari kelas
penguasa anti-Somoza posisi mayoritas pada Dewan Negara bersama, yang telah
diproyeksikan, namun karena adanya minggu-minggu akhir perang saudara yang
dramatis, hal ini akhirnya tidak dilaksanakan. Pada bulan Juni, pejuang
Sandinista melakukan serangkaian serangan militer yang sukses. Banyak kerusuhan
spontan yang berkembang di kota Esteli, yang akhirnya membutuhkan ribuan
pejuang Sandinista untuk membantu penduduk untuk meloloskan diri dari Garda
Nasional. Berkembanglah momentum baru dan mobilisasi bergerak maju ke arah
serangan akhir yang dibarengi dengan mogok masal 4 Juni yang menunjukkan
kekuatan rakyat.
Seorang
anak laki-laki berumur 12 tahun, Zaida Dormuz, menulis puisi untuk
mengomentari pemogokan umum:
Senin, 4 Juni 1979
Tak seorangpun pergi kerja.
Jalan lengang.
Toko, pabrik, pasar
Semua tutup
Hanya BECAT (Unit Komando Elit) garda Somoza berkeliaran di jalan.
Penjarahan supermarket
(penduduk kelaparan)
Warga pinggiran, distrik, kota, menerjunkan diri dalam perjuangan bahkan
anak laki-laki dan perempuan seperti diriku yang berumur sebelas dan empatbelas
tahun, kami meneriakkan “Bebaskan Persada kami atau Mati!”
Para
pekerja dan buruh tani memperlihatkan keperkasaan mereka dalam gerakan
pemberontakan massa. FSLN secara efektif menduduki 3 dari 5 kursi dalam
pemerintahan ini, dan pada tahun yang akan datang, FSLN memetakan bentuk baru
Dewan Pemerintahan yang akan memberikan mayoritas mutlak kepada organisasi
pekerja dan buruh tani, dan bukannya kepada borjuisme anti-Somoza.
REVOLUSI NICARAGUA 1979-1990
Oleh: Lynda & Neville Spencer
Pada tanggal 19 Juli 1979, suatu gerakan pemberontakan rakyat
besar-besaran yang dipimpin oleh Front Pembebasan Nasional Sandinista (FSLN)
berhasil menumbangkan rezim diktator Somoza, yang telah berumur 46-tahun dan
mendapatkan dukungan Amerika Serikat di Nicaragua. Sebuah gerakan revolusioner
akhirnya memegang kendali kekuasaan – sebuah pemerintahan oleh pekerja dan
buruh tani. Gerakan ini meneruskan perjuangan yang dipelopori oleh Augusto
Cesar Sandino, “Jenderal untuk Pria dan Wanita Bebas” pada awal abad itu.
Dari sejak permulaan, pemerintah Amerika Serikat menentang gerakan revolusi
Nicaragua. Amerika Serikat mendukung rejim diktator Anastasio Somoza hingga
mati-matian. Bahkan pada saat telah menjadi jelas bahwa rejim pembantaii itu
tidak dapat diselamatkan, pemerintah AS dibawah Jimmy Carter masih melakukan
manuver politik dalam satu usaha untuk menolak kekuasaan oleh para pekerja dan
buruh-tani yang dipelopori oleh Sandinista dalam suatu tata pemerintahan baru.
Hingga momen terakhir, Washington masih terus berusaha untuk mendapatkan suatu
posisi dalam pemerintahan Nicaragua pasca Somoza.
Setelah kemenangan itu, pemerintah Sandinista segera merencanakan untuk
mengatasi warisan rejim Somoza yang telah memerintah beberapa tahun. Yang
mencemaskan bahwa Washington, prioritas pemerintah adalah untuk memenuhi
kebutuhan para pekerja dan buruh tani Nicaragua.
Pendidikan, reformasi bidang pertanahan, perawatan kesehatan, unionisasi
(pembentukan serikat pekerja), hak-hak wanita –kesemuanya menjadi prioritas
utama pemerintah. Banyak mantan tentara Garda Nasional dan mantan kroni rejim
lama, yang bersalah melakukan tindak kriminal, melarikan diri ke Miami atau
negara-negara Amerika Tengah lainnya setelah 1979. FSLN memastikan bahwa tanah
didistribusikan pada ratusan ribu pekerja pertanian dan keluarga-keluarga
buruh. Pemilikan tanah oleh keluarga Somoza (lebih dari separo tanah subur dan
dapat digarap di Nicaragua) segera disita dan dilakukan nasionalisasi
bank-bank, perusahaan-perusahaan asuransi dan perusahaan-perusahaan terpilih
lainnya yang digabungkan dengan sektor property koperasi dan milik negara.
Melek Huruf
Salah satu prestasi terbesar pemeritah revolusi adalah peningkatan yang
mencolok dalam tingkat pendidikan penduduk dalam jangka singkat. Dalam fase
pertama gerakan melek huruf nasional yang dilancarkan pada tahun 1980 lebih dari
400 ribu penduduk belajar membaca da menulis. Seratus ribu relawan khususnya
siswa-siswa sekolah lanjutan atas, menempuh perjalanan ke daerah pedesaaan
untuk tinggal di sana dan mengajar penduduk desa membaca dan menulis, dan
mengajari mereka hal-hal lain seperti sejarah Nicaragua.
Gerakan ini mampu menurunkan angka buta huruf dari 55% menjadi 14%.
Prestasi ini dapat dicapai melalui organisasi yang cermat dan partisipasi warga
masyarakat. Keberhasilan itu mendapat pengakuan internasional dan menteri pendidikan
Carlos Tunnermann mendapatkan penghargaan berupa UNESCO Prize.
Pembangunan rumah sakit dan klinik-klinik baru dilakukan di seluruh
pelosok negeri, yang secara nyata menurunkan angka kematian bayi dan dapat
membasmii penyakit yang sebelumnya penah menjadi wabah.
Dorongan pengorganisasian serikat pekerja yang dipimpin oleh FSLN mampu
meningkatkan jumlah anggota serikat pekerja hingga lebih dari 260.000.
undang-undang disahkan untuk menghapuskan hukuman mati dan menjamin kebebasan
bicara dan berserikat, hak untuk bergabung dengan serikat pekerja, kebebasan
memeluk agama, hak yang sama bagi kaum wanita dan hak untuk warga kulit hitam
serta penduduk pribumi atas bahasa, tradisi dan budaya mereka. Dewan pemerintah
mengesahkan undang-undang untuk menaikkan upah bagi 300 ribu pekerja yang
berupah paling rendah.
Kemajuan-kemajuan dalam hak wanita juga merupakan perhatian utama
gerakan revolusi. Hal ini telah berakar sejak sebelum revolusi, yaitu selama
perang gerilya. Wanita diberi kedudukan sama sebagai pejuang gerilya dan banyak
diantaranya menjadi tokoh-tokoh FSLN yang menonjol.
Sikap terhadap wanita di Nicaragua sangat terbelakang dan pengaruh yang
sangat kuat dari gereja Katolik membuatnya sangat sulit berubah.
Sehubungan dengan isu-isu lain, FSLN tidak hanya sekedar mengesahkan
perundang-undangan yang meningkatkan hak-hak wanita namun juga mendorong
partisipasi dan diskusi masyarakat. FSLN membentuk Asosiasi Wanita Nicaragua
Luisa Amanda Espinoza (AMNLAE).
Sejumlah undang-undang telah disahkan, sering atas dorongan AMNLAE.
Pelanggaran hukum melalui diskriminasi atas dasar perbedaan jenis kelamin juga
dimasukkan kedalam konstitusi. Sebelumnya, pria secara otomatis mendapatkan
status hukum sebagai kepala keluarga. Dalam kasus perceraian, suami secara
otomatis mendapatkan hak atas anak-anak. Undang-undang akhirnya disahkan untuk
menyeimbangkan hak-hak ini dan hukum direformasi untuk menetapkan ayah yang
bergaji harus membiayai perawatan anak.
Di bidang ketenagakerjaan, upah yang sama untuk kerja yang sama diundangkan
bersamaan dengan cuti hamil 12 minggu. Para majikan dilarang untuk memecat
wanita saat mereka hamil.
Oleh: Lara Pullin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar