Selasa, 13 November 2012

REVOLUSI SANDINISTA


Penduduk Nicaragua, sebagaimana halnya sebagian besar penduduk di kawasan Amerika Tengah dan Selatan, memiliki sejarah panjang perjuangan anti-kolonial dan anti-imperialis. Kemenangan revolusi Sandinista, 20 tahun yang lalu, pada tanggal 19 Juli 1979, dengan programnya sosialis demokratik revolusioner, menunjukkan suatu alternatif bagi para buruh tani dan pekerja Amerika Latin yang tertindas dan tereksploitasi, dan juga memberikan inspirasi untuk para aktivis di seluruh wilayah dunia kapitalis maju.
Setelah 47 tahun masa tirani yang dialami oleh warga Nicaragua di bawah pemerintahan diktator rezim Somoza, Front Pembebasan Nasional Sandinista (FSLN) telah berhasil memimpin suatu revolusi di mana gerakan militernya mampu memobilisasi massa ke arah suatu pemberontakan.
            Menyusul kemerdekaannya dari penjajahan Spanyol pada tahun 1821, Nicaragua mengalami serangan dan intervensi ekonomi, politik dan militer yang tiada kunjung usai dari pemerintah Amerika Serikat. Pada tahun 1854, seorang tentara bayaran Amerika Serikat, William Walker, memposisikan dirinya di Nicaragua, dan menyatakan diri sebagai presiden pada tahun 1856, dan tentu saja mendapatkan pengakuan dari Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat. Ia mencoba memperkenalkan perbudakan ke negara itu, namun akhirnya didepak oleh pasukan Nicaragua dan pasukan Amerika Latin lainnya.
            Periode ini disusul oleh rezim Jose Zelaya yang lebih liberal dalam waktu singkat, sejak 1893, namun pemerintah Amerika Serikat terus melancarkan intervensi dalam urusan-urusan dalam negeri Nicaragua dengan mengirimkan sejumlah besar pasukan ke berbagai pelabuhan. Bersamaan dengan para oponen lokal, yang dibiayai, diorganisasi, dan disenjatai oleh Amerika Serikat, pasukan-pasukan Amerika Serikat ini akhirnya terlibat dalam penggulingan Zelaya pada tahun 1909.
            Setelah rangkaian kejadian ini, Amerika Serikat akhirnya mengambil alih negara itu – jalan kereta api, bank, jasa pabean, dan infrastruktur lainnya akhirnya diserahkan ke financiers (pemberi dana) amerika Serikat. Militer amerika Serikat memimpin dewan pemilihan (electoral council) Nicaragua dan setiap calon presiden harus terlebih dulu mendapatkan persetujuan dari Kedutaan Amerika Serikat.

Sandino


Tehadap penindasan inilah Augusto Cesar Sandino membentuk angkatan gerilyanya pada tahun 1926, dengan maksud untuk mendepak kekuatan-kekuatan imperialis dan menegakkan kedaulatan Nicaragua. Sandino mendapatkan pendidikan politiknya melalui gerakan tenaga kerja terorganisasi sebagai seorang pekerja di ladang-ladang minyak Mexico dan selama pemberontakan Mexico.
            Karena tentara rakyat Sandino terus berkembang dan aktivitas gerilya menyebar dari pantai ke pantai, Amerika serikat akhirnya memposisikan seorang diktator masa depan, Anastasio Somoza, sebagai Komandan Garda Nasional (The National Guard) pada tahun 1932. Setelah masa itu, pasukan Amerika Serikat meninggalkan Nicaragua menyusul pemilihan presiden yang lebih liberal, Sacasa. Sandino diminta hadir dalam pembicaraan damai pada tahun 1934 di ibukota, Managua, dan dibunuh oleh Garda Nasional.
            FSLN didirikan pada tahun 1961 oleh Carlos Fonsea, Silvia Mayorga, Tomas Borge, Santos Lopez, yang merupakan veteran tentara gerilya dan lain-lainnya. Organisasi ini mengambil nama dari Sandino.
            Organisasi ini didirikan dalam beberapa tahun setelah revolusi Kuba, yang memberikan banyak inspirasi dan pelajaran politik penting lain ke dalam kepemimpinan Nicaragua karena mereka meberikan contoh nyata tentang kekuatan massa pekerja dan buruh tani untuk secara radikal mengubah masyarakat. Kondisi-kondisi sangatlah berbeda di tiap negara, dan tentu revolusi Kuba serta FSLN memiliki pandangan yang berbeda-beda mengenai banyak hal, sementara hal ini tetap merupakan kolaborasi penting bagi perkembangan awal FSLN

Program 1969


            Pada tahun 1969, menerbitkan programnya, yang menuntut penghancuran aparatur militer dan birokratis rezim diktator dan pendirian sebuah “ Pemerintahan Revolusioner yang berbasis aliansi buruh tani dan pekerja”. Pemerintah akan mempersenjatai rakyat – mahasiswa, pekerja, dan buruh tani – untuk mempertahankan diri terhadap serangan dari serangan para penguasa yang tersingkir dan imperialisme Amerika Serikat.
            Unsur utama dalam program FSLN adalah reformasi pertanian, yang dimulai dengan ekspropriasi kapitalis dan perkebunan-perkebunan feodal, dan khususnya pengklaiman kembali semua tanah, perkebunan, pabrik, perusahaan dan bangunan dinasti Somoza dan kroni-kroninya. Langkah-langkah lain yang dijabarkan pada tahun 1969 meliputi nasionalisasi perusahaan-perusahaan, bank-bank luar negeri, pengontrolan oleh pemerintah atas perdagangan luar negeri, dan ekonomi nasional terencana.
            Masih dibutuhkan waktu 10 tahun sejak dilancarkannya program tahun 1969 sebelum kemenangan FSLN dalam menggulingkan rezim diktator itu. Sementara itu, penduduk Nicaragua mengalami penindasan yang luar biasa saat pemerintahan rezim diktator. Kemiskinan, pengangguran, eksploitasi dan penindasan merajalela.
            Sebuah gempa bumi besar pada tahun 1972, yang menghancurkan sebagian besar infrastruktur Managua justru memperburuk kondisi dan keputusan warga Nicaragua. Tingkat buta huruf adalah sekitar 51%, mortalitas (angka kematian) bayi sangat tinggi. Banyak anak tidak mengenyam bangku pendidikan dan pelayanan kesehatan, dan Garda Nasional membunuh kira-kira 40.000 warga Nicaragua selama berlangsungnya rezim diktator itu – kebanyakan diantaranya adalah para pemuda yang mengangkat senjata melawan rezim itu. Menurut semboyan Sandino “lebih baik mati sebagai pemberontak daripada hidup sebagai budak.”

 

Peran Wanita


            Wanita memainkan peran penting dalam revolusi Sandinista, yang dilibatkan dalam semua jenjang perjuangan pada tingkat yang lebih besar dibanding dengan revolusi sebelumnya. Banyak wanita turut memanggul senjata dan banyak diantaranya terbunuh dalam perjuangan itu. Beberapa diantaranya menjadi pemimpin utama perjuangan itu seperti misalnya Comandante Dora Maria Tellez, yang memimpin operasi paling dramatis dalam revolusi itu dimana seluruh Majelis Nasional disandera untuk dipertukarkan dengan pembebasan pejuang Sandinista yang tertangkap, termasuk Tomas Borge.
            Fokus terhadap keterlibatan wanita dalam perjuangan itu telah ditekankan sejak pembentukan FSLN. Program asli 1969 menyatakan: “Revolusi rakyat Sandinista akan menghapuskan diskriminasi yang menjijikan yang dialami oleh wanita dalam kedudukannya terhadap pria; program ini akan memperjuangkan persamaan ekonomi, politik dan kultur (budaya) antara pria dan wanita.”  Pada jenjang tertinggi perjuangan ini, wanita membentuk 40% kepemimpinan.
            Dengan cepatnya pertumbuhan kelas pekerja di daerah perkotaan, dan terbatasnya keberhasilan pejuang-pejuang FSLN dalam perjuangan gerilya pedesaan, diskusi mengenai jalan terbaik untuk mewujudkan program FSLN dikelompokkan ke dalam tiga daerah utama, yang akhirnya menjadi tiga faksi tersendiri pada tahun 1975.

Serangan Final

            Saat penindasan merajalela dan kondisi-kondisi menjadi matang untuk penggulingan rezim diktator itu, dialog-dialog FSLN dan pemahaman mengenai strategi Marxist terus berlanjut, yang mengarah kepada pelancaran suatu program baru pada tahun 1977 dan akhirnya mempersatukan kembali faksi-faksi yang ada pada tahun 1978. Program itu diberi judul “Landasan (Platform) Politik dan Militer FSLN untuk Penghapusan Rezim Diktator”. Bahasa itu disederhanakan, dan tujuannya menjadi jelas – depak Somoza dan kroni-kroninya dari jabatannya dan dapatkan kembali apa yang menjadi hak rakyat.
            Pada saat FSLN menghimpun kekuatan mulai seluruh gerakan dan mobilisasi urban tahun 1978-1979, komite rakyat dan gerakan milisi terus tumbuh dan berkembang. Para kapitalis Nicaragua bersifat relatif terbebas dari investasi imperialis langsung di negara itu, dan disana sudah ada konflik pada tingkat tertentu antara kelas penguasa termasuk dendam terhadap penyalahgunaan kekuasaan oleh Somoza untuk memperkaya diri sendiri.
            FSLN telah merencanakan untuk mengeksploitasi ketegangan ini dan menawari kelas penguasa anti-Somoza posisi mayoritas pada Dewan Negara bersama, yang telah diproyeksikan, namun karena adanya minggu-minggu akhir perang saudara yang dramatis, hal ini akhirnya tidak dilaksanakan. Pada bulan Juni, pejuang Sandinista melakukan serangkaian serangan militer yang sukses. Banyak kerusuhan spontan yang berkembang di kota Esteli, yang akhirnya membutuhkan ribuan pejuang Sandinista untuk membantu penduduk untuk meloloskan diri dari Garda Nasional. Berkembanglah momentum baru dan mobilisasi bergerak maju ke arah serangan akhir yang dibarengi dengan mogok masal 4 Juni yang menunjukkan kekuatan rakyat.
            Seorang anak laki-laki berumur 12 tahun, Zaida Dormuz, menulis puisi untuk mengomentari pemogokan umum:

Senin, 4 Juni 1979
Tak seorangpun pergi kerja.
Jalan lengang.
Toko, pabrik, pasar
Semua tutup
Hanya BECAT (Unit Komando Elit) garda Somoza berkeliaran di jalan.
Penjarahan supermarket
(penduduk kelaparan)
Warga pinggiran, distrik, kota, menerjunkan diri dalam perjuangan bahkan anak laki-laki dan perempuan seperti diriku yang berumur sebelas dan empatbelas tahun, kami meneriakkan “Bebaskan Persada kami atau Mati!”

            Para pekerja dan buruh tani memperlihatkan keperkasaan mereka dalam gerakan pemberontakan massa. FSLN secara efektif menduduki 3 dari 5 kursi dalam pemerintahan ini, dan pada tahun yang akan datang, FSLN memetakan bentuk baru Dewan Pemerintahan yang akan memberikan mayoritas mutlak kepada organisasi pekerja dan buruh tani, dan bukannya kepada borjuisme anti-Somoza.





REVOLUSI NICARAGUA 1979-1990
Oleh: Lynda & Neville Spencer


Pada tanggal 19 Juli 1979, suatu gerakan pemberontakan rakyat besar-besaran yang dipimpin oleh Front Pembebasan Nasional Sandinista (FSLN) berhasil menumbangkan rezim diktator Somoza, yang telah berumur 46-tahun dan mendapatkan dukungan Amerika Serikat di Nicaragua. Sebuah gerakan revolusioner akhirnya memegang kendali kekuasaan – sebuah pemerintahan oleh pekerja dan buruh tani. Gerakan ini meneruskan perjuangan yang dipelopori oleh Augusto Cesar Sandino, “Jenderal untuk Pria dan Wanita Bebas” pada awal abad itu.
Dari sejak permulaan, pemerintah Amerika Serikat menentang gerakan revolusi Nicaragua. Amerika Serikat mendukung rejim diktator Anastasio Somoza hingga mati-matian. Bahkan pada saat telah menjadi jelas bahwa rejim pembantaii itu tidak dapat diselamatkan, pemerintah AS dibawah Jimmy Carter masih melakukan manuver politik dalam satu usaha untuk menolak kekuasaan oleh para pekerja dan buruh-tani yang dipelopori oleh Sandinista dalam suatu tata pemerintahan baru. Hingga momen terakhir, Washington masih terus berusaha untuk mendapatkan suatu posisi dalam pemerintahan Nicaragua pasca Somoza.
Setelah kemenangan itu, pemerintah Sandinista segera merencanakan untuk mengatasi warisan rejim Somoza yang telah memerintah beberapa tahun. Yang mencemaskan bahwa Washington, prioritas pemerintah adalah untuk memenuhi kebutuhan para pekerja dan buruh tani Nicaragua.
Pendidikan, reformasi bidang pertanahan, perawatan kesehatan, unionisasi (pembentukan serikat pekerja), hak-hak wanita –kesemuanya menjadi prioritas utama pemerintah. Banyak mantan tentara Garda Nasional dan mantan kroni rejim lama, yang bersalah melakukan tindak kriminal, melarikan diri ke Miami atau negara-negara Amerika Tengah lainnya setelah 1979. FSLN memastikan bahwa tanah didistribusikan pada ratusan ribu pekerja pertanian dan keluarga-keluarga buruh. Pemilikan tanah oleh keluarga Somoza (lebih dari separo tanah subur dan dapat digarap di Nicaragua) segera disita dan dilakukan nasionalisasi bank-bank, perusahaan-perusahaan asuransi dan perusahaan-perusahaan terpilih lainnya yang digabungkan dengan sektor property koperasi dan milik negara.

Melek Huruf

Salah satu prestasi terbesar pemeritah revolusi adalah peningkatan yang mencolok dalam tingkat pendidikan penduduk dalam jangka singkat. Dalam fase pertama gerakan melek huruf nasional yang dilancarkan pada tahun 1980 lebih dari 400 ribu penduduk belajar membaca da menulis. Seratus ribu relawan khususnya siswa-siswa sekolah lanjutan atas, menempuh perjalanan ke daerah pedesaaan untuk tinggal di sana dan mengajar penduduk desa membaca dan menulis, dan mengajari mereka hal-hal lain seperti sejarah Nicaragua.
Gerakan ini mampu menurunkan angka buta huruf dari 55% menjadi 14%. Prestasi ini dapat dicapai melalui organisasi yang cermat dan partisipasi warga masyarakat. Keberhasilan itu mendapat pengakuan internasional dan menteri pendidikan Carlos Tunnermann mendapatkan penghargaan berupa UNESCO Prize.
Pembangunan rumah sakit dan klinik-klinik baru dilakukan di seluruh pelosok negeri, yang secara nyata menurunkan angka kematian bayi dan dapat membasmii penyakit yang sebelumnya penah menjadi wabah.
Dorongan pengorganisasian serikat pekerja yang dipimpin oleh FSLN mampu meningkatkan jumlah anggota serikat pekerja hingga lebih dari 260.000. undang-undang disahkan untuk menghapuskan hukuman mati dan menjamin kebebasan bicara dan berserikat, hak untuk bergabung dengan serikat pekerja, kebebasan memeluk agama, hak yang sama bagi kaum wanita dan hak untuk warga kulit hitam serta penduduk pribumi atas bahasa, tradisi dan budaya mereka. Dewan pemerintah mengesahkan undang-undang untuk menaikkan upah bagi 300 ribu pekerja yang berupah paling rendah.
Kemajuan-kemajuan dalam hak wanita juga merupakan perhatian utama gerakan revolusi. Hal ini telah berakar sejak sebelum revolusi, yaitu selama perang gerilya. Wanita diberi kedudukan sama sebagai pejuang gerilya dan banyak diantaranya menjadi tokoh-tokoh FSLN yang menonjol.
Sikap terhadap wanita di Nicaragua sangat terbelakang dan pengaruh yang sangat kuat dari gereja Katolik membuatnya sangat sulit berubah.
Sehubungan dengan isu-isu lain, FSLN tidak hanya sekedar mengesahkan perundang-undangan yang meningkatkan hak-hak wanita namun juga mendorong partisipasi dan diskusi masyarakat. FSLN membentuk Asosiasi Wanita Nicaragua Luisa Amanda Espinoza (AMNLAE).
Sejumlah undang-undang telah disahkan, sering atas dorongan AMNLAE. Pelanggaran hukum melalui diskriminasi atas dasar perbedaan jenis kelamin juga dimasukkan kedalam konstitusi. Sebelumnya, pria secara otomatis mendapatkan status hukum sebagai kepala keluarga. Dalam kasus perceraian, suami secara otomatis mendapatkan hak atas anak-anak. Undang-undang akhirnya disahkan untuk menyeimbangkan hak-hak ini dan hukum direformasi untuk menetapkan ayah yang bergaji harus membiayai perawatan anak.
Di bidang ketenagakerjaan, upah yang sama untuk kerja yang sama diundangkan bersamaan dengan cuti hamil 12 minggu. Para majikan dilarang untuk memecat wanita saat mereka hamil.


Oleh: Lara Pullin

Tidak ada komentar:

Sekilas Info

« »
« »
« »

Páginas