Frustrasi oleh kegagalan mereka untuk membuktikan bahwa Tuhan
tidak ada, ilmuwan memberikan spin baru: menjadi Tuhan.
Ini mungkin pertarungan kelas berat yang terpanjang dalam sejarah:
di sudut merah, manusia dengan Jas Lab Putih, dan di sudut biru, Tuhan.
Berabad-abad sains dan agama telah bertarung, setiap pihak dengan pendukung dan
berharap akan pukulan knock-out. Anda mungkin berpikir manusia dengan Jas Lab
Putih telah membuat lawannya bergantung di atas tali sejak ronde pertama 300
tahun yang lalu. Dari pukulan pertama mengenai apakah bumi mengelilingi
matahari sampai dengan upper-cut dari teori evolusi, ilmuwan kelihatannya lebih
banyak mengumpulkan nilai.
Apakah Tuhan sudah berakhir? Mungkin belum. Karena bagaimanapun
keras mencoba, manusia dengan Jas Lab Putih belum dapat memberikan pukulan
knock-out. Tuhan mungkin tidak berperan sebesar yang manusia kira, tetapi bukti
yang nyata bahwa Dia hanyalah ilusi belum lagi ada. Kenyataannya, sebagian
ilmuwan sekarang berpikir bahwa mereka melihat tanda-tanda Tuhan Juru Desain
Besar dalam teori paling baru tentang alam semesta.
Sebagian bukti muncul dari "kebetulan" yang aneh dalam
sifat-sifat kunci dari alam semesta, yang dikatakan oleh kosmologis tidak
mungkin kebetulan. Karena kalau kebetulan ini tidak ada, kita juga tidak akan
ada.
Kemudian ada motif-motif yang indah dan aneh dalam teori partikel
sub-atomik, yang sifat-sifatnya jatuh ke dalam segi-enam dan segi- tiga:
bentuk-bentuk yang membawa ilmuwan membuka dasar-dasar alam semesta.
Dalam Pikiran
Tuhan
Dalam mencoba untuk membuka arti dari tanda-tanda ini, beberapa
ilmuwan berpikir bahwa mereka mulai mendekati apa yang bahkan disebut oleh
atheis terkenal Stephen Hawking sebagai Pikiran Tuhan: Rencana besar yang dibangun
ke dalam alam semesta. Ada juga teori, yang kurang dikenal, bahwa kita cukup
mengetahui tentang Disain Besar ini untuk mulai berperan sebagai Tuhan,
menciptakan alam semesta bayi -- paling sedikit dalam abstrak. Ide bahwa alam
penuh dengan tanda-tanda keberadaan pencipta yang cerdas bukanlah hal yang
baru. Dulu, sejauh 1802, filsuf Inggris William Paley memberikan "Argumen
dari desain" yang terkenal, mengklaim bahwa sesuatu yang kompleks dan
alami seperti mata manusia tidak mungkin muncul karena kebetulan saja, tetapi
memerlukan keberadaan dari desainer yang cerdas.
Tidak banyak lagi yang percaya pada argumen Paley tersebut:
contoh-contohnya semua terbunuh oleh teori evolusi Darwin, yang memperlihatkan
bahwa bahkan keajaiban seperti desain dari mata manusia dapat diterangkan oleh
kombinasi dari random mutasi dan seleksi alam.
Tetapi, walaupun argumen Paley telah banyak berlubang oleh
ahli-ahli biologi, penemuan dalam fisika fundamental mulai membuat ide
penciptaan dari desain kelihatan tidak main-main.
Tanda-tanda awal bahwa alam semesta mungkin telah didesain untuk
kehidupan ditemukan 50 tahun yang lalu oleh Sir Fred Hoyle, ilmuwan astrofisika
dari Inggris. Ketika mempelajari bagaimana bintang-bintang membuat unsur-unsur
kimia yang diperlukan untuk kehidupan manusia, Hoyle melihat bahwa apabila
unsur-unsur ini tidak memiliki sifat-sifat tertentu, maka tidak akan ada karbon
di alam semesta, dan dengan demikian tidak ada kehidupan manusia.
Kekuatan itu
bersama kita
Sejak itu, ilmuwan telah menemukan banyak kebetulan-kebetulan aneh
yang mirip. Sebagian termasuk gaya-gaya fundamental yang mengikat alam semesta.
Sebagai contoh, inti dari setiap atom dibangun oleh proton dan neutron, diikat
bersama oleh yang namanya gaya nuklir kuat. Jika gaya itu sedikit saja lebih
lemah, proton-proton tidak akan terikat bersama. Ini berarti tidak ada unsur
yang lebih berat dari hidrogen dapat berwujud -- lagi-lagi tidak ada karbon.
Tetapi, kalau gaya tersebut sedikit lebih kuat sedikit saja,
proton- proton akan bersatu terlalu mudah sehingga hidrogen tidak mungkin ada
sama sekali, dan ini membuat air tidak mungkin ada, bahan kunci yang lain yang
diperlukan kehidupan.
Menurut Professor Sir Martin Rees dan Universitas Cambridge, lebih
banyak lagi kebetulan-kebetulan dalam sifat-sifat partikel sub-atomik. Sebagai
contoh, kenyataan bahwa massa elektron jauh lebih ringan dari masa proton atau
neutron adalah penting untuk keberadaan bahan-bahan yang penting bagi
kehidupan. "Ini adalah prasyarat untuk molekul- molekul seperti DNA untuk
dapat memberikan strukturnya yang tepat dan berbeda", katanya.
"Adalah massa elektron yang menentukan besarnya sebuah atom, dan jarak
antara atom-atom dalam molekul."
Kenyataan bahwa proton dan neutron mempunyai massa yang hampir
sama, tetapi berbeda sedikit, juga sangat penting bagi kehidupan, kata Rees.
"Sebuah neutron lebih berat dari proton sekitar 0.14%, sedikit lebih dari
seperseribu. Tetapi perbedaan ini, walaupun kecil, sangat penting karena
melebihi massa total dari sebuah elektron. Apabila elektron tidak seringan itu,
mereka akan berkumpul dengan proton untuk membentuk neutron, sehingga tidak
mungkin ada hidrogen.
Alam
mengambil bentuk
Tanda-tanda lebih jauh mengenai desain besar kosmos datang dalam
bentuk motif-motif aneh yang muncul ketika sifat-sifat partikel sub-atomik
seperti proton dan neutron dilukis dalam grafik. Ditemukan oleh fisikawan dari Amerika Murray Gell-Mann
hampir 40 tahun yang lalu, motif-motif ini berbentuk segi-enam dan segi-tiga,
dimana berbagai partikel berada dalam titik-titik di dalamnya.
Ketika Gell-Mann pertama kali menemukan motif ini, terdapat
gap-gap. Yakin bahwa motif ini bukan kebetulan tetapi bagian dari desain besar,
dia memprediksi bahwa gap-gap ini diisi oleh partikel-partikel sub- atomik yang
nanti akan ditemukan.
Gell-Mann melanjutkan bahwa segi-enam dan segi-tiga yang misterius
dapat diterangkan apablila partikel seperti proton dan neutron mengandung
partikel sub-sub-atomik (yang sekarang kita kenal sebagai quark). Semua
prediksinya terbukti benar.
Motif-motif yang mirip dikenal sebagai "simetri" telah
muncul demikian seringnya sejak itu dalam teori fisika yang sukses sehingga
banyak fisikawan sekarang yakin bahwa mereka adalah bagian dari suatu desain
besar dari alam semesta.
Tetapi sedikit yang ingin trus mengklaim bahwa simetri dan
kebetulan yang kelihatannya ada dalam alam membuktikan bahwa Tuhan ada.
"Masuknya sains dalam teologi atau filosofi dapat naive maupun
dogmatik," kata Rees.
Diantara yang tidak merasa demikian adalah Professor Russel
Stannard, seorang kristen dan professor fisika di universitas terbuka.
"Tuhan memperlihatkan dirinya melalui dunia Big-bang kita ini,"
katanya. "Dia sebetulnya sedang berkata kepada kita melalui
penemuan-penemuan ilmiah ini."
Stannard percaya bahwa kebetulan kosmik bukanlah kebetulan:
"Tuhan sengaja membuatnya seperti itu," katanya. "Dia mendesain
alam semesta khusus untuk penciptaan kehidupan, untuk membuat mahluk yang dapat
mengenalNya."
Tetapi yang lain sama-sama yakin bahwa desain besar apapun tidak
ada hubungannya dengan keberadaan Tuhan, dan bahwa kebetulan adalah kebetulan.
Mereka juga mengatakan bahwa apabila kondisi tidak tepat untuk kehidupan, kita
tidak akan ada untuk mengetahuinya. Hawking pernah mengatakan bahwa hukum
fisika quantum mungkin dapat memperlihatkan bahwa Tuhan berlebihan, karena
seluruh alam semesta dapat terjadi dengan sendirinya.
Beberapa, termasuk Profesor Andrei Linde dari Universitas
Stanford, bahkan percaya bahwa teori quantum dapat mengijinkan mereka untuk
berperan sebagai Tuhan itu sendiri, menciptakan alam-alam baru dalam
laboratorium -- sedikitnya dalam teori.
Linde mengatakan bahwa cara untuk seperti Tuhan adalah menekan
materi sekecil mungkin sehingga memulai apa yang dinamakan medan skalar, sumber
dari energi quantum yang dianggap memulai big-bang 15 milyar tahun yang lalu.
Perkiraan Linde adalah menekan hanya sepersepuluh juta gram dari
materi dapat memulai untuk memunculkan medan skalar dalam laboratorium.
Susahnya, materi itu harus ditekan sepermiliar kali dari besarnya
partikel sub-atomik yang terkecil. "Kita tidak tahu apakah hal ini mungkin
sama sekali," katanya, meskipun, mungkin kita dapat melakukannya dalam
partikel akselerator.
Jika akhirnya ini mungkin, simulasi komputer memprediksi bahwa
titik materi itu akan hilang, digantikan oleh lubang kecil dalam ruang- waktu
-- sebuah worm-hole quantum -- sebesar partikel sub-atomik. Dan di ujung yang
lain adalah alam semesta buatan manusia yang baru.
Linde memperkirakan kita tidak akan dapat memasuki alam semesta
ini untuk melihat apa yang sudah diciptakan: "pintu" nya akan terlalu
kecil. Tetapi akan mungkin untuk mendesain alam sehingga kondisi di dalamnya
akan sesuai untuk munculnya kehidupan. Kemudian mungkin kehidupan itu sendiri
akan berkembang, dan mulai bertanya dari mana dia datang. Kedengarannya
dikenal? Persamaannya dengan pertanyaan bagaimana kita ada disini sangat jelas.
Lelucon
yang tidak terlalu lucu Mungkinkah kita, hanyalah yang terakhir dari
mahluk-mahluk yang menghuni alam yang dibuat oleh generasi sebelumnya yang
telah mengetahui bagaimana membuat alam semesta? Linde tidak menolak
kemungkinan ini.
"Saya
pertama kali memberikan ide ini sebagai lelucon," katanya.
"Tetapi
mungkin saja tidak."
Banyak orang menemukan bahwa ide dari ilmuwan bermain-main Tuhan
seperti ini sangat menguatirkan. Pope telah memberikan peringatan bahwa riset
ke dalam kelahiran alam semesta sudah terlalu jauh.
Tetapi untuk semua kekuatiran Pope, kelihatannya Manusia dengan
Jas Putih tidak dalam keadaan untuk membuktikan bahwa Tuhan tidak ada. Tetapi,
mereka akan melakukan sesuatu yang lebih menakutkan: Menjadi Tuhan itu sendiri.
(*)
Artikel ini adalah terjemahan dari _majalah_ sains populer Fokus, edisi Maret
1999.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar