Budidaya
lele dapat dilakukan di areal dengan ketinggian 1 m - 800 m dpi. Persyaratan
lokasi, baik kualitas tanah maupun air tidak terlalu spesifik, artinya dengan
penggunaan teknologi yang memadai terutama pengaturan suhu air budidaya masih
tetap dapat dilakukan pada lahan yang memiliki ketinggian diatas >800 m
dpi. Sumber air dapat menggunakan aliran
irigasi, air sumur (air permukaan atau sumur dalam), ataupun air hujan yan
sudah dikondisikan terlebih dulu. Suhu
air yang ideal untuk pertumbuhan ikan lele berkisar antara 22-32°C. Suhu air
akan mempengaruhi laju pertumbuhan, laju metabolisme ikan dan napsu makan ikan
serta kelarutan oksigen dalam air. pH air yang ideal berkisar antara 6-9.
Budidaya ikan lele dapat
dilakukan dalam bak plastik, bak tembok atau kolam tanah. Dalam budidaya ikan
lele di kolam yang perlu diperhatikan adalah pembuatan kolam, pembuatan pintu
pemasukan dan pengeluaran air. Bentuk kolam yang ideal untuk pemeliharaan ikan
lele adalah empat persegi panjang dengan ukuran 100-500 m2. Kedalaman kolam
berkisar antara 1,0-1,5 m dengan kemiringan kolam dari pemasukan air ke
pembuangan 0,5%. Pada bagian tengah dasar kolam dibuat parit (kamalir) yang
memanjang dari pemasukan air ke pengeluaran air (monik). Parit dibuat selebar
30-50 cm dengan kedalaman 10-15 cm.
Sebaiknya pintu pemasukan dan
pengeluaran air berukuran antara 15-20 cm. Pintu pengeluaran dapat berupa monik
atau siphon. Monik terbuat dari semen atau tembok yang terdiri dari dua bagian
yaitu bagian kotak dan pipa pengeluaran. Pada bagian kotak dipasang papan
penyekat terdiri dari dua lapis yang diantaranya diisi dengan tanah dan satu
lapis saringan. Tinggi papan disesuaikan dengan tinggi air yang dikehendaki,
sedangkan pengeluaran air yang berupa siphon lebih sederhana, yaitu hanya
terdiri dari pipa paralon yang terpasang didasar kolam dibawah pematang dengan
bantuan pipa berbentuk L mencuat ke atas sesuai dengan ketinggian air
kolam. Saringan dapat dipasang pada
pintu pemasukan dan pengeluaran agar ikan-ikan jangan ada yang lolos
keluar/masuk.
syarat hidup Ikan Lele :
1. Ikan lele dapa hidup pada suhu
20*C dengan suhu optimal antara 25-28*C. Adapun untuk pertumbuhan larva
diperlukan kisaran suhu antara 26-30*C dan untuk pemijahan 24-28*C.
2. Ikan lele dapat hidup dalam
perairan agak tenang dan kedalamannya cukup sekalipun kondisi airnya jelek,
keruh, kotor dan miskin zat O2 (oksigen)
3. Perairan tidak boleh tercemar
oleh bahan kimia limbah industri, merkuri, atau mengandung kadar minyak dan
bahan lainnya yang dapat mematikan ikan.
4. Perairan yang banyak mengandung
zat-zat yang dibutuhkan ikan dan bahan makanan alami perairan tersebut bukan
perairan yang rawan banjir
5. Permukaan perairan tidak boleh
tertutup rapat oleh sampah atau daun-daunan hidup, seperti eceng gondok
6. mempunyai pH 6.5-9 kesadahan
(derajat butiran kasar) maksimal 100ppm dan optimal 50 ppm, turbidity
(kekeruhan)bukan lumpur antara 30-60 cm, kebutuhan o2 optimal pada range yang
cukup lebardari 0.3 ppm untuk yang dewasa sampai jenuh untuk burayak, dan
kandungan CO2 kurang dari 12,8 mg/liter, amonium terikat 147,29-157.56 mg/liter
Persiapan kolam tanah (tradisional)
Pengolahan dasar kolam yang
terdiri dari pencangkulan atau pembajakan tanah dasar kolam dan meratakannya.
Dinding kolam diperkeras dengan memukul-mukulnya dengan menggunakan balok kayu
agar keras dan padat supaya tidak terjadi kebocoran. Pemopokan pematang untuk
kolam tanah (menutupi bagian-bagian kolam yang bocor). Untuk tempat berlindung ikan (benih ikan
lele) sekaligus mempermudah pemanenan maka dibuat parit/kamalir dan kubangan
(bak untuk pemanenan).
Memberikan kapur ke dalam
kolam yang bertujuan untuk memberantas hama, penyakit dan memperbaiki kualitas
tanah. Dosis yang dianjurkan adalah 20-200 gram/m2, tergantung pada keasaman
kolam. Untuk kolam dengan pH rendah dapat diberikan kapur lebih banyak, juga
sebaliknya apabila tanah sudah cukup baik, pemberian kapur dapat dilakukan
sekedar untuk memberantas hama penyakit yang kemungkinan terdapat di
kolam. Pemupukan dengan kotoran ternak
ayam, berkisar antara 500-700 gram/m2; urea 15 gram/m2; SP3 10 gram/m2; NH4N03
15 gram/m2. Pada pintu pemasukan dan
pengeluaran air dipasang penyaring Kemudian dilakukan pengisian air kolam. Kolam dibiarkan selama ± 7 (tujuh) hari, guna
memberi kesempatan tumbuhnya makanan alami.
Persiapan Kolam Tembok
Persiapan kolam tembok hampir
sama dengan kolam tanah. Bedanya, pada kolam tembok tidak dilakukan pengolahan
dasar kolam, perbaikan parit dan bak untuk panen, karena parit dan bak untuk
panen biasanya sudah dibuat Permanen.
Penebaran Benih
Sebelum benih ditebarkan
sebaiknya benih disuci hamakan dulu dengan merendamnya didalam larutan KM5N04
(Kalium permanganat) atau PK dengan dosis 35 gram/m2 selama 24 jam atau
formalin dengan dosis 25 mg/l selama 5-10 menit. Penebaran benih sebaiknya dilakukan pada
pagi atau sore hari atau pada saat udara tidak panas.
Sebelum ditebarkan ke kolam,
benih diaklimatisasi dulu (perlakuan penyesuaian suhu) dengan cara memasukan
air kolam sedikit demi sedikit ke dalam wadah pengangkut benih. Benih yang
sudah teraklimatisasi akan dengan sendirinya keluar dari kantong (wadah) angkut
benih menuju lingkungan yang baru yaitu kolam. Hal ini berarti bahwa perlakuan
tersebut dilaksanakan diatas permukaan air kolam dimana wadah (kantong) benih
mengapung diatas air. Jumlah benih yang ditebar 35-50 ekor/m2 yang berukuran
5-8 cm.
Manajemen Air.
Ukuran kualitas air dapat dinilai
secara fisik :
- air harus bersih
- berwarna hijau cerah
- kecerahan/transparansi sedang (30 -
40 cm).
Ukuran kualitas air secara kimia :
- bebas senyawa beracun seperti
amoniak
- mempunyai suhu optimal (22 - 26
0C).
Untuk menjaga kualitas air
agar selalu dalam keadaan yang optimal, pemberian pupuk TON sangat diperlukan.
TON yang mengandung unsur-unsur mineral penting, lemak, protein, karbohidrat
dan asam humat mampu menumbuhkan dan menyuburkan pakan alami yang berupa plankton
dan jenis cacing-cacingan, menetralkan senyawa beracun dan menciptakan
ekosistem kolam yang seimbang. Perlakuan TON dilakukan pada saat oleh lahan
dengan cara dilarutkan dan di siramkan pada permukaan tanah kolam serta pada
waktu pemasukan air baru atau sekurang-kurangnya setiap 10 hari sekali. Dosis
pemakaian TON adalah 25 g/100m2.
VI. Manajemen Kesehatan.
Pada dasarnya, anakan lele
yang dipelihara tidak akan sakit jika mempunyai ketahanan tubuh yang tinggi.
Anakan lele menjadi sakit lebih banyak disebabkan oleh kondisi lingkungan (air)
yang jelek. Kondisi air yang jelek sangat mendorong tumbuhnya berbagai bibit
penyakit baik yang berupa protozoa, jamur, bakteri dan lain-lain. Maka dalam
menejemen kesehatan pembenihan lele, yang lebih penting dilakukan adalah
penjagaan kondisi air dan pemberian nutrisi yang tinggi. Dalam kedua hal
itulah, peranan TON dan POC NASA sangat besar. Namun apabila anakan lele
terlanjur terserang penyakit, dianjurkan untuk melakukan pengobatan yang
sesuai. Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh infeksi protozoa, bakteri dan
jamur dapat diobati dengan formalin, larutan PK (Kalium Permanganat) atau garam
dapur. Penggunaan obat tersebut haruslah hati-hati dan dosis yang digunakan
juga harus sesuai.
Pemberian Pakan
Selain makanan alami, untuk
mempercepat pertumbuhan ikan lele perlu pemberian makanan tambahan berupa
pellet. Jumlah makanan yang diberikan sebanyak 2-5% perhari dari berat total
ikan yang ditebarkan di kolam. Pemberian pakan frekuensinya 3-4 kali setiap
hari. Sedangkan komposisi makanan buatan dapat dibuat dari campuran dedak halus
dengan ikan rucah dengan perbandingan 1:9 atau campuran dedak halus, bekatul,
jagung, cincangan bekicot dengan perbandingan 2:1:1:1 campuran tersebut dapat
dibuat bentuk pellet.
Teknik Pemberian Pakan / Makan Ikan
Lele :
• Setelah ditebar, lele baru
diberi makan setelah 12 jam kemudian, karena untuk adaptasi dan masih banyak
makanan alami di kolam.
• Tahap pertama menggunakan
781-1 atau setara sebanyak 3kg untuk 8-10 hari. Pelet diberikan 3x sehari.
• Setelah pakan tersebut habis,
tambahkan air kolam sebanyak 10cm
• Tahap kedua menggunakan 781-2
atau setara sebanyak 5kg untuk 8-10 hari. Pemberian pelet dinaikkan menjadi 4x
sehari.
• Setelah habis, tambahkan air
kolam sebanyak 10cm.
• Tahap ketiga menggunakan 781
atau setara sebanyak 22kg untuk 8-10 hari dan pemberian pakan 5-6kali sehari,
• Sama dengan sebelumnya, jika
pakan sudah habis, maka air kolam ditambahkan ketinggiannya sebanyak 10cm.
• Tahap keempat dilakukan
pemberian pakan sebayak 70 kg hingga panen. Dapat dilanjutkan dengan memakai
781, akan tetapi untuk mengurangi biaya produksi dapat menggunakan pakan
tenggelam seperti SNL/sinta ataupun menggunakan pakan alternatif seperti sosis
bs, ayam tiren, ika runcah dsb.
Pemanenan
Ikan
lele akan mencapai ukuran konsumsi setelah dibesarkan selama 130 hari, dengan
bobot antara 200 - 250 gram per ekor dengan panjang 15 - 20 cm. Pemanenan
dilakukan dengan cara menyurutkan air kolam. Ikan lele akan berkumpul di
kamalir dan kubangan, sehingga mudah ditangkap dengan menggunakan waring atau
lambit. Cara lain penangkapan yaitu dengan menggunakan pipa ruas bambu atau
pipa paralon/bambu diletakkan didasar kolam, pada waktu air kolam disurutkan,
ikan lele akan masuk kedalam ruas bambu/paralon, maka dengan mudah ikan dapat
ditangkap atau diangkat. Ikan lele hasil tangkapan dikumpulkan pada wadah berupa
ayakan/happa yang dipasang di kolam yang airnya terus mengalir untuk
diistirahatkan sebelum ikan-ikan tersebut diangkut untuk dipasarkan.
Pengangkutan ikan lele dapat
dilakukan dengan menggunakan karamba, pikulan ikan atau jerigen plastik yang
diperluas lubang permukaannya dan dengan jumlah air yang sedikit.
Penanggulangan Hama Insekta
Penanggulangan hama insekta
dapat dilakukan dengan pemberian insektisida yang direkomendasikan pada saat
pengisian air sebelum benih ditanam. Sedangkan penanggulangan belut dapat
dilakukan dengan pembersihan pematang kolam dan pemasangan plastik di sekeliling
kolam.
Penanggulangan organisme
pathogen dapat dilakukan dengan pengelolaan lingkungan budidaya yang baik dan
pemberian pakan yang teratur dan mencukupi. Pengobatan dapat menggunakan
obat-obatan yang direkomendasikan.
Pengelolaan lingkungan dapat
dilakukan dengan melakukan persiapan kolam dengan baik. Pada kegiatan budidaya
dengan menggunakan kolam tanah, persiapan kolam meliputi pengeringan,
pembalikan tanah, perapihan pematang, pengapuran, pemupukan, pengairan dan
pengkondisian tumbuhnya plankton sebagai sumber pakan. Pada kegiatan budidaya
dengan menggunakan bak tembok atau bak plastik, persiapan kolam meliputi
pengeringan, disenfeksi (bila diperlukan), pengairan dan pengkondisian
tumbuhnya plankton sebagai sumber pakan. Perbaikan kondisi air kolam dapat pula
dilakukan dengan penambahan bahan probiotik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar