ARISTOTELES
Aristoteles dilahirkan di kota
Stagira, Macedonia, 384 SM. Ayahnya seorang ahli fisika kenamaan. Pada umur
tujuh belas tahun Aristoteles pergi ke Athena belajar di Akademi Plato. Dia
menetap di sana selama dua puluh tahun hingga tak lama Plato meninggal dunia.
Dari ayahnya, Aristoteles mungkin memperoleh dorongan minat di bidang biologi
dan “pengetahuan praktis”. Di bawah asuhan Plato dia menanamkan minat dalam hal
spekulasi filosofis.
Pada tahun 342 SM Aristoteles pulang
kembali ke Macedonia, menjadi guru seorang anak raja umur tiga belas tahun yang
kemudian dalam sejarah terkenal dengan Alexander Yang Agung. Aristoteles
mendidik si Alexander muda dalam beberapa tahun. Di tahun 335 SM, sesudah
Alexander naik tahta kerajaan, Aristoteles kembali ke Athena dan di situ
dibukanya sekolahnya sendiri, Lyceum. Dia berada di Athena dua belas tahun,
satu masa yang berbarengan dengan karier penaklukan militer Alexander.
Alexander tidak minta nasehat kepada bekas gurunya, tetapi dia berbaik hati
menyediakan dana buat Aristoteles untuk melakukan penyelidikan-penyelidikan.
Mungkin ini merupakan contoh pertama dalam sejarah seorang ilmuwan menerima
jumlah dana besar dari pemerintah untuk maksud-maksud penyelidikan dan
sekaligus merupakan yang terakhir dalam abad-abad berikutnya.
Walau begitu, pertaliannya dengan
Alexander mengandung pelbagai bahaya. Aristoteles menolak secara prinsipil cara
kediktatoran Alexander dan tatkala si penakluk Alexander menghukum mati sepupu
Aristoteles dengan tuduhan menghianat, Alexander punya pikiran pula membunuh
Aristoteles. Di satu pihak Aristoteles kelewat demokratis di mata Alexander,
dia juga punya hubungan erat dengan Alexander dan dipercaya oleh orang-orang Athena.
Tatkala Alexander mati tahun 323 SM golongan anti-Macedonia memegang tampuk
kekuasaan di Athena dan Aristoteles pun didakwa kurang ajar kepada dewa.
Aristoteles, teringat nasib yang menimpa Socrates 76 tahun sebelumnya, lari
meninggalkan kota sambil berkata dia tidak akan diberi kesempatan kedua kali
kepada orang-orang Athena berbuat dosa terhadap para filosof. Aristoteles
meninggal di pembuangan beberapa bulan kemudian di tahun 322 SM pada umur enam
puluh dua tahun.
Untuk menjadi seorang ahli paling
jempolan dalam tiap cabang ilmu tentu kemustahilan yang ajaib dan tak ada
duplikat seseorang di masa sesudahnya. Tetapi apa yang sudah dicapai oleh
Aristoteles malah lebih dari itu. Dia filosof orisinal, dia penyumbang utama
dalam tiap bidang penting falsafah spekulatif, dia menulis tentang etika dan
metafisika, psikologi, ekonomi, teologi, politik, retorika, keindahan,
pendidikan, puisi, adat-istiadat orang terbelakang dan konstitusi Athena. Salah
satu proyek penyelidikannya adalah koleksi pelbagai negeri yang digunakannya
untuk studi bandingan.
Mungkin sekali, yang paling penting
dari sekian banyak hasil karyanya adalah penyelidikannya tentang teori logika,
dan Aristoteles dipandang selaku pendiri cabang filosofi yang penting ini. Hal
ini sebetulnya berkat sifat logis dari cara berfikir Aristoteles yang
memungkinkannya mampu mempersembahkan begitu banyak bidang ilmu. Dia punya
bakat mengatur cara berfikir, merumuskan kaidah dan jenis-jenisnya yang
kemudian jadi dasar berpikir di banyak bidang ilmu pengetahuan. Aristoteles tak
pernah kejeblos ke dalam rawa-rawa mistik ataupun ekstrim. Aristoteles
senantiasa bersiteguh mengutarakan pendapat-pendapat praktis. Sudah barang
tentu, manusia namanya, dia juga berbuat kesalahan. Tetapi, sungguh menakjubkan
sekali betapa sedikitnya kesalahan yang dia bikin dalam ensiklopedi yang begitu
luas.
Pengaruh Aristoteles terhadap cara
berpikir Barat di belakang hari sungguh mendalam. Di jaman dulu dan jaman
pertengahan, hasil karyanya diterjemahkan ke dalam bahasa-bahasa Latin, Arab,
Itali, Perancis, Ibrani, Jerman dan Inggris. Penulis-penulis Yunani yang muncul
kemudian, begitu pula filosof-filosof Byzantium mempelajari karyanya dan
menaruh kekaguman yang sangat. Perlu juga dicatat, buah pikirannya banyak
membawa pengaruh pada filosof Islam dan berabad-abad lamanya tulisan-tulisannya
mendominir cara berpikir Barat. Ibnu Rusyd (Averroes), mungkin filosof Arab
yang paling terkemuka, mencoba merumuskan suatu perpaduan antara teologi Islam
dengan rasionalismenya Aristoteles. Maimomides, pemikir paling terkemuka Yahudi
abad tengah berhasil mencapai sintesa dengan Yudaisme. Tetapi, hasil kerja
paling gemilang dari perbuatan macam itu adalah Summa Theologia-nya cendikiawan
Nasrani St. Thomas Aquinas. Di luar daftar ini masih sangat banyak kaum cerdik
pandai abad tengah yang terpengaruh demikian dalamnya oleh pikiran Aristoteles.
Kekaguman orang kepada Aristoteles
menjadi begitu melonjak di akhir abad tengah tatkala keadaan sudah mengarah
pada penyembahan berhala. Dalam keadaan itu tulisan-tulisan Aristoteles lebih
merupakan semacam bungkus intelek yang jitu tempat mempertanyakan problem lebih
lanjut daripada semacam lampu penerang jalan. Aristoteles yang gemar meneliti
dan memikirkan ihwal dirinya tak salah lagi kurang sepakat dengan sanjungan
membabi buta dari generasi berikutnya terhadap tulisan-tulisannya.
Beberapa ide Aristoteles kelihatan
reaksioner diukur dengan kacamata sekarang. Misalnya, dia mendukung perbudakan
karena dianggapnya sejalan dengan garis hukum alam. Dan dia percaya kerendahan
martabat wanita ketimbang laki-laki. Kedua ide ini-tentu saja –mencerminkan
pandangan yang berlaku pada jaman itu. Tetapi, tak kurang pula banyaknya buah
pikiran Aristoteles yang mencengangkan modernnya, misalnya kalimatnya,
“Kemiskinan adalah bapaknya revolusi dan kejahatan,” dan kalimat “Barangsiapa
yang sudah merenungi dalam-dalam seni memerintah manusia pasti yakin bahwa nasib
sesuatu emperium tergantung pada pendidikan anak-anak mudanya.” (Tentu saja,
waktu itu belum ada sekolah seperti yang kita kenal sekarang).
Di abad-abad belakangan, pengaruh
dan reputasi Aristoteles telah merosot bukan alang kepalang. Namun, saya pikir
pengaruhnya sudah begitu menyerap dan berlangsung begitu lama sehingga saya
menyesal tidak bisa menempatkannya lebih tinggi dari tingkat urutan seperti
sekarang ini. Tingkat urutannya sekarang ini terutama akibat amat pentingnya
ketiga belas orang yang mendahuluinya dalam urutan.
Istilah-istilah
ciptaan aristoteles masih dipakai samapai sekarang:
Informasi,
relasi, energi, kuantitas, kualitas, individu, substansi, materi, esensi, dsb.
Ahli filsafat terbesar di dunia
sepanjang zaman, bapak peradaban barat, bapak eksiklopedi, bapak ilmu
pengetahuan, atau guru(nya) para ilmuwan adalah berbagai julukan yang diberikan
pada ilmuan ini. Berbagai termuannya seperti logika yang diebut juga ilmu
mantic yaitu pengethaun tentang cara berpikir dengan baik, benar, dan sehat,
membaut namanya begitu dikenal oleh setiap orang di seluruh dunia yang pernah
mengecap penididkan.
Pria
yang lahir di Stagmirus, Macedonia. Pada tahun 384 sM. Inilah orang pertama di
dunia yang dapat membuktikan bahwa bumi bulat. Pembuktian yang dilakukaknya
dengan jalan meliaht gerhana. Sepuluh jenis kata yang dikenal orang saat ini
seperti. Kata kerja, kata benda, kata sifat dan sebagainya merupakan pembagian
kata hasil pemikirannya. Dia jugalah yang mengatakan bahwa manusia adalah
mahluk social.
Ayahnya
yang bernama Nicomachus, seorang dokter di sitana Amyntas III, raja Mecodinia,
kakek Alexander Agung. Meninggal ketika Aristoteles berusia 15 tahun.
Karennanya, ia kemudia dipelihara oleh proxenus, pamanya- saudara dari ayahnya,
pada usia 17 tahun ia masuk akademi milik plato di Athena. Dari situlahia
kemudian menjadi murid plato selama 20 tahun
Dengan
meninggalnya plato pada tahun 347 sM. Aristoteles meninggalkan Athena dan
mengembara selama 12 tahun. Dalam jenjang waktu itu ia mendirikan akademi di
Assus dan menikah dengan Pythias yang tak lama kemudian meninggal. Ia lalu
menikah lagi dengan Herpyllis yang kemudian melahirkan baginya seorang anak
laki-laki yang ia beri nama Nicomachus seperti ayahnya. Pada tahu-tahun
berikutnya ia juga mendirikan akademi di Mytilele. Saat itulah ia sempat jadi
guru Alexander Agung selama 3 thun.
Di
Lyceum, Athena pada tahuan 355 sM. Ia juga mendirikan semacam akademi. Di
sinilah ia selama 12 tahun memberikan kuliah, berpikir, mengadakan riset dan
eksperimen serta membuat catatan-catatn dengan tekun dan cermat.
Pada
tahun 323 sM Alexander Agung meninggal. Karena takut di bunuh orang yunani yang
membenci pengikut Alexander, Aristoteles akhirnya melarikan diri ke Chalcis.
Tapi ajal emmang tal menganl tempat. Mau bersembunyi kemanapun, kalau ajal
sydah tiba tidak ada yang bisa menolak. Demikian juga dengan tokoh ini, satu
tahun setelah pelariannya ke kota itu, yaitu tepatnya pada tahun 322 sM, pada
usia 62 tahun ia meninggal juga di kota tersebut, Chalcis Yunani..
Julukan:
·
Ahli filsafat terbesar di dunia
sepanjang zaman.
·
Bapak peradaban barat.
·
Bapak ilmu pengetahuan atau guru (nya)
para ilmuan.
Penemuan:
·
Logika (Ilmu mantic: pengethaun tenatng
cara berpikir dengan baik, benar, dan sehat.
·
Biologi, fisika, botani, astronomi,
kimia, meteorology, anatomi. Zoology, embriologi, dan psikologi eksperimental
KRITIS
Teori kritis adalah sebutan untuk
orientasi teoritis tertentu yang bersumber dari Hegel dan Marx, disistematisasi
oleh Horkheimer dan sejawatnya di Institut Penelitian Sosial di Frankfurt, dan
dikembangkan oleh Habermas. Secara umum istilah ini merujuk pada elemen kritik
dalam filsafat Jerman yang dimulai dengan pembacaan kritis Hegel terhadap Kant.
Secara lebih khusus, teori kritis terkait dengan orientasi tertentu terhadap
filsafat yang ”dilahirkan” di Frankfurt.
Sekelompok orang yang kemudian
dikenal sebagai anggota Mazhab Frankfurt adalah teoritisi yang mengembangkan
analisis tentang perubahan dalam masyarakat kapitalis Barat, yang merupakan
kelanjutan dari teori klasik Marx. Mereka yang bekerja institut penelitian ini
diantaranya Max Horkheimer, Theodor Adorno, Herbert Marcuse dan Erich Fromm di
akhir tahun 20-an dan awal tahun 30-an. Setelah berpindah ke Amerika Serikat
karena tekanan Nazi, para anggota Mazhab Frankfurt menyaksikan secara langsung
budaya media yang mencakup film, musik, radio, televisi, dan budaya massa
lainnya. Di Amerika saat itu, produksi media hiburan dikontrol oleh
korporasi-korporasi besar tanpa ada campur tangan negara. Hal ini memunculkan
budaya massa komersial, yang merupakan ciri masyarakat kapitalis dan, kemudian,
menjadi fokus studi budaya kritis. Horkheimer dan Adorno mengembangkan diskusi
tentang apa yang disebut ”industri kebudayaan” yang merupakan sebutan untuk
industrialisasi dan komersialisasi budaya dibawah hubungan produksi kapitalis.
Tokoh lain yang kemudian menjadi
identik dengan teori kritis adalah Jurgen Habermas. Dia bergabung dengan
Institut Penelitian Sosial di universitas Frankfurt, yang didirikan kembali
oleh Horkheimer dan Adorno, pada dekade pasca perang dunia kedua. Tulisan ini
berusaha memaparkan teori kritis dengan membaca pikiran Adorno dan Habermas.
Yang pertama mewakili generasi ’pendiri’ teori kritis, sedang yang kedua adalah
penerus yang membaca dan mengkontekstualisasi ulang teori kritis di zaman yang
lazim di sebut posmodern. Sebagai pengantar akan lebih dahulu dipaparkan posisi
teori kritis dalam konteks pemikiran filsafat.
Memahami Teori Kritis
Istilah teori kritis pertama kali
ditemukan Max Horkheimer pada tahun 30-an. Pada mulanya teori kritis berarti
pemaknaan kembali ideal-ideal modernitas tentang nalar dan kebebasan, dengan
mengungkap deviasi dari ideal-ideal itu dalam bentuk saintisme, kapitalisme,
industri kebudayaan, dan institusi politik borjuis.
Untuk
memahami pendekatan teori kritis, ia harus ditempatkan dalam konteks Idealisme
Jerman dan kelanjutannya. Karl Marx dan generasinya menganggap Hegel sebagai
orang terakhir dalam tradisi besar pemikiran filosofis yang mampu ”mengamankan”
pengetahuan tentang manusia dan sejarah. Namun, karena beberapa hal, pemikiran
Marx mampu menggantikan filsafat teoritis Hegel, yang hal ini, menurut Marx,
terjadi dengan membuat filsafat sebagai hal yang praktis; yakni merubah
praktik-praktik yang dengannya masyarakat mewujudkan idealnya. Dengan
menjadikan nalar sebagai sesuatu yang ’sosial’ dan menyejarah, skeptisisme
historis akan muncul untuk merelatifkan klaim-klaim filosofis tentang norma dan
nalar menjadi ragam sejarah dan budaya forma-forma kehidupan.
Teori kritis menolak skeptisisme
diatas dengan tetap memertahankan kaitan antara nalar dan kehidupan sosial.
Dengan demikian, teori kritis menghubungkan ilmu-ilmu sosial yang bersifat
empiris dan interpretatif dengan klaim-klaim normatif tentang kebenaran,
moralitas, dan keadilan yang secara tradisional merupakan bahasan filsafat.
Dengan tetap memertahankan penekanan terhadap normativitas dalam tradisi
filsafat, teori kritis mendasarkan cara bacanya dalam konteks jenis penelitian
sosial empiris tertentu, yang digunakan untuk memahami klaim normatif itu dalam
konteks kekinian.
Di zaman modern, filsafat secara
ketat dibedakan dari sains. Locke menyebut filsafat sebagai ’pekerja kasar’.
Bagi Kant, filsafat, khususnya filsafat transenden, memiliki dua peran.
Pertama, sebagai ”hakim” yang dengannya sains dinilai. Kedua, sebagai wilayah
untuk memunculkan pertanyaan normatif. Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan
normatif, dalam perspektif Kantian, sains tidak dibutuhkan, karena hal itu
dijawab melalui analisis transenden. Teori kritis yang berorientasi emansipasi
berusaha mengkontekstualisasi klaim-klaim filosofis tentang kebenaran dan
universalitas moral tanpa mereduksinya menjadi sekedar kondisi sosial yang
menyejarah. Teori kritis berusaha menghindari hilangnya kebenaran yang telah
dicapai oleh pengetahuan masa lalu. Tentang hal ini Horkheimer menyatakan
”Bahwa semua pemikiran, benar atau salah, tergantung pada keadaan yang berubah
sama sekali tidak berpengaruh pada validitas sains”.
Teori kritis memungkinkan kita
membaca produksi budaya dan komunikasi dalam perspektif yang luas dan beragam.
Ia bertujuan untuk melakukan eksplorasi refleksif terhadap pengalaman yang kita
alami dan cara kita mendefinisikan diri sendiri, budaya kita, dan dunia. Saat
ini teori kritis menjadi salah satu alat epistemologis yang dibutuhkan dalam
studi humaniora. Hal ini didorong oleh kesadaran bahwa makna bukanlah sesuatu
yang alamiah dan langsung. Bahasa bukanlah media transparan yang dapat
menyampaikan ide-ide tanpa distorsi, sebaliknya ia adalah seperangkat
kesepakatan yang berpengaruh dan menentukan jenis-jenis ide dan pengalaman
manusia.
Dengan berusaha memahami proses
dimana teks, objek, dan manusia diasosiasikan dengan makna-makna tertentu,
teori kritis memertanyakan legitimasi anggapan umum tentang pengalaman,
pengetahuan, dan kebenaran. Dalam interaksi sehari-hari dengan orang lain dan
alam, dalam kepala seseorang selalu menyimpan seperangkat kepercayaan dan
asumsi yang terbentuk dari pengalaman—dalam arti luas—dan berpengaruh pada cara
pandang seseorang, yang sering tidak tampak. Teori kritis berusaha mengungkap
dan memertanyakan asumsi dan praduga itu. Dalam usahanya, teori kritis
menggunakan ide-ide dari bidang lain untuk memahami pola-pola dimana teks dan
cara baca berinteraksi dengan dunia. Hal ini mendorong munculnya model
pembacaan baru. Karenanya, salah satu ciri khas teori
kritis adalah pembacaan kritis dari dari berbagai segi dan luas. Teori kritis
adalah perangkat nalar yang, jika diposisikan dengan tepat dalam sejarah, mampu
merubah dunia. Pemikiran ini dapat dilacak dalam tesis Marx terkenal yang
menyatakan ”Filosof selalu
menafsirkan dunia, tujuannya untuk merubahnya”. Ide ini berasal dari Hegel
yang, dalam Phenomenology of Spirit, mengembangkan konsep tentang objek
bergerak yang, melalui proses refleksi-diri, mengetahui dirinya pada tingkat
kesadaran yang lebih tinggi. Hegel menggabungkan filsafat tindakan dengan
filsafat refleksi sedemikian rupa sehingga aktivitas atau tindakan menjadi
momen niscaya dalam proses refleksi. Hal ini memunculkan diskursus dalam
filsafat Jerman tentang hubungan antara teori dan praktis, yakni bahwa
aktivitas praktis manusia dapat merubah teori. Teori kritis, dengan demikian,
adalah pembacaan filosofis—dalam arti tradisional—yang disertai kesadaran terhadap
pengaruh yang mungkin ada dalam bangunan ilmu, termasuk didalamnya pengaruh
kepentingan.
Perbedaan Akal Dan Pikiran
Akal berasal dari kata "iqalul
Baiir" (ikatan untuk mengikat tota). Diikat agar unta tidak bebas
bergerak. Jadi anda diikat untuk tidak bebas bergerak dan bertindak. Suatu saat
tindakan anda diikat dengan ahlak atau dengan hukum yang berlaku dalam
masyarakat atau dengan tuntunan .
Apakah patut seorang telanjang
dijalan umum ? Meskipun belum ada alasan agama tetapi akal sudah melarangnya.
Bila
anda ingin memetik bunga di taman milik orang lain, ahlak akan menegur anda,
jangan engkau ambil, itu bukan milikmu.
Andaikata anda mengambilnya juga,
masyarakat akan menuduh anda "pencuri". Bila masyarakat lengah dan
tidak akan tahu anda pasti akan berkata, "Allah tidak
menghalalkannya".
Jadi kalau ikatan (akal) itu lepas
tanpa kendali tentu dapat merugikan diri dan merugikan orang lain.
Adapun Pikiran adalah menyangkut
macam-macam soal untuk melakukan perbandingan antara beberapa pilihan
(alternatif). Apa yang harus anda lakukan, apa ini apa itu ? Kalau ini yang
anda pilih, apa manfaat dan mudharatnya ? Lalu anda bandingkan dan anda
pertimbangkan dan yang lebih menguntungkan yang anda kerjakan.
Hewan tidak memiliki sesuatu untuk
memilih alternatif atau yang dapat mengikat tindakannya. Apabila hewan di beri
makanan, tentu akan memilih yang sudah dikenalnya atau menurut instingnya
bermanfaat,diluar itu apapun akan ditolaknya.
o
Adapun manusia akan mencobanya, mana
yang lebih enak atau lebih lezat.
o
Hewan bila berhenti makan tidak mau lagi
meskipun dipaksa.
o
Adapun manusia masih ingin mencoba yang
lainnya meskipun sudah kenyang.
o
Apabila keledai disuruh menyeberangi
saluran air yang dangkal pasti akan menolak meskipun dipukul.
o
Adapun manusia selalu ingin mencoba
meskipun arus sungai sangat itu sangat deras dan membahayakan jiwanya.
RASIONAL
DAN IRASIONAL
Memahami kejadian yang terjadi di
sekitar kita tidak lah cukup hanya
dengan beberapa parameter ukuran kebenaran, setidak ada tiga hal ukuran yang
harus kita pahami agar kita dapat mengerti dan mencermati kejadian yang kita
alami atau yang terjadi di sekitar kita. namun apapun yang (sudah) terjadi itu
merupakan suatu ketentuan.
Sebelum
masuk pada inti masalahnya, saya hendak mengungkapkan sedikit tentang organ
dalam diri kita yang seringkali di gunakan sebagai alat penentu pembenaran
(bukan kebenaran!).
otak, akal, pikiran (dan
sebagainya, yang menurut definisinya
sering disamakan!) adalah salah satu alat yang digunakan untuk menentukan suatu
penilaian kebenaran. dasarnya adalah akal melakukan prose’s menurut input
informasi yang diterima oleh panca indra. kelima indra tersebut memberikan data
yang akurat terhadap suatu informasi berdasarkan kinerjanya. kecenderungan
adalah selalu mutlak terhadap nilai-nilai yang (telah) disepakati dari suatu
kebiasaan. sesuatu yang terjadi di luar
akal akan selalu di pahami sebagai yang luar biasa. proses kepintaran berasal dari
ukuran ini.
hati, bathin, rasa (dan sebagainya,
yang juga kadang di samakan dalam definisinya!) adalah hal kedua yang di
gunakan dalam menentukan kebenaran. sayangnya tidak banyak dari kita yang dapat
dan mampu menggunakan ukuran ini dalam penggunaannya. kita lebih banyak
terkecoh dan kemudian lari dari isyaratnya, sehingga ketika kejadian tersebut
terjadi lepas dari ukuran akal maka ukuran bathinlah yang di benarkan kemudian.
tetapi sayanganya, selalu terlambat. menilai dengan hati, bathin dan rasa juga
bukan pekerjaan mudah, kadang ini juga menimbulkan perselisihan di dalam
bathin. proses kecerdasan bersumber dari ukuran ini.
Rasional, menurut kamus besar bahasa
indonesia di definisikan sebagai sesuatu yang menurut pikiran dan pertimbangan
yg logis atau menurut pikiran yg sehat atau cocok dengan akal. sehingga
pendekatan dengan ukuran ini sering menganggap bahwa pikiran dan akal merupakan
satu-satunya dasar untuk memecahkan problem (kebenaran) yg lepas dari
Jangkauan indra atau paham yg lebih
mengutamakan (kemampuan) akal daripada batin dan rasa. secara mudah sering di
sebut empiris, logika berdasarkan nalar yang dalam arti adanya sesuatu kejadian
yang bisa di terima oleh akal dan mampu di pahami oleh bathin dan rasa.
Irasional, dalam definisinya di
jabarkan sebagai sesuatu yang tidak berdasarkan akal (penalaran) yg sehat atau
ukuran lain di luar ukuran akal. pendekatan ini sering di gunakan oleh mereka
yang memang tidak memiliki kecenderung dan kemampuan secara akademis dan logis,
namun dalam faktanya memang terjadi. tidak mampu di cerna akal tetapi dalam
Kejadian benar-benar terjadi dan
dapat di pahami dan dimengerti secara bathin, artinya bathin yang membenarkan.
sebagai contoh, beberapa kegiatan pengobatan alternatif adalah bentuk
pendekatan kejadian ini. konyolnya, mereka yang telah mengerti dan memahami
dengan mendekatan empiris dan logis kadang menggunakan pendekatan ini untuk
mewujudkan hal-hal tertentu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar