Selasa, 12 Februari 2013

KULTUR CLORELLA


A.    KULTUR CLORELLA
Klasifikasi Chlorella
Clorella merupakan alga hijau yang diklasifikasikan sebagai berikut;
Phylum            : Chlorophyta
Kelas               : Chlorophyceae
Ordo                : Chlorococcales
Familia            : Chlorellacea
Genus              :  Chlorella


Clorella adalahh genus gangang hijau yang dapat tumbuh pada air laut. Gangang ini merupakan tumbuhan bersel 1 memiliki bentuk seperti bola. Di dalam tubuhnya terdapat klorops. Perkembangbiakannya berlansung secara vegetative yakni dengan membelah diri. Chlorella dimanfaatkan oleh zooplankton sebagai pakan. Budidaya Chlorella terdiri dari serangkaian kegiatan yang antara lain meliputi persiapan wadah dan air yang meliputi pencucian dan sanitasi wadah.  Selanjutnya diikuti oleh kegiatan identifikasi, pemupukan dan inokulasi Chlorella di laboratorium
.
Teknik kultur missal clorella
Wadah yang akan digunakan sebelumnya dicuci bersih dengan menggunakan detergen dan dibilas dengan air tawar. Setelah bersih, langkah selanjutnya adalah sterilisasi wadah dengan menggunakan kaporit lalu dikering udarakan agar bau kaporit tersebut hilang.Wadah yang telah steril tersbut selanjutnya diisi air sebanyak 800 liter yang disaring dengan filter bag. Air yang digunakan adalah air laut yang telah melewati filter ultra violet dan sterilisasi kimia dengan menggunakan kaporit 10 ppm. Selanjutnya wadah diberi pupuk yakni:
-          Urea          : 50-60 ppm
-          Za              : 30-40 ppm
-          TSP           : 20-25 ppm
-          EDTA       : 1-5     ppm
-          FeCl          :  1-5    ppm

Kelima jenis pupuk tersebut dilarutkan lalu dimasukkan ke dalam wadah dan diaerasi. Tahapan selanjutnya adalah inokulasi chlorella banyaknya inokulan yang biasa digunakan adalah sekitar 10 – 20% dari volume bak. Chlorella tersebut selanjutnya di pelihara sekitar 5 – 7 hari hingga mencapai kepadatan maksimal dan siap ditebari rotifer. Panen Chlorella dapat dilakukan secara langsung atau bertahap. Pada panen secara langsung seluruh Chlorella dipindahkan ketempat lain, baik sebagai media budidaya atau pakan plankton.  Pada penen bertahap, Chlorella disisakan sebanyak 50% dari volume total dan dilakukan pengisian air dan pemupukan lanjutan. Hal ini dapat dilakukan sebanyak 3 kali. Setelah itu harus dilakukan budidaya dari awal.

B.     BUDIDAYA ROTIFER (Brachionus sp.)

Budidaya zooplankton, dalam hal ini Rotifera, merupakan pakan awal larva Ikan. Untuk keperluan budidaya Rotifera, kita perlu membudidayakan Chlorella sp terlebih dahulu. Apabila kepadatan Chlorella sp. telah mencapai kepadatan tertinggi maka inokulasi bibit Rotifera ke dalam wadah Chlorella sp. dapat dilakukan. Atau sebagian Chlorella sp. dipanen dan dipindahkan ke wadah budidaya Rotifera.

a.        Persiapan Wadah dan Media
Dalam budidaya Rotifera persiapan wadah merupakan hal penting yang perlu dilakukan. Wadah dan air yang akan digunakan harus bersih dari kotoran dan tidak terkontaminasi oleh predator, serta diaerasi supaya oksigen terlarut cukup tinggi. Persiapan wadah dilakukan dengan menggosok atau menyikat wadah pemeliharaan sampai bersih. Demikian pula hal nya dengan media pemeliharaan. Selanjutnya wadah diisi air dan siap diinokulasikan Chlorella. Sementara budidaya Chlorella sebagai pakan Rotifera berjalan, maka wadah untuk budidaya Rotifera disiapkan. Persiapannya sama dengan persiapan wadah untuk budidaya Chlorella. Setelah kepadatan Chlorella mencapai puncak pada hari ke 5 6 maka Chlorella dipindahkan ke wadah budidaya Rotifera dengan menggunakan selang yang ujungnya diberi saringan berukuran 100 mikron. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar jika terdapat copepoda sebagai predator Rotifera tersaring. Selanjutnya Rotifera dapat diinokulasikan. Oleh karena puncak populasi Chlorella dicapai pada waktu yang 2 kali lebih dibanding Rotifera maka wadah untuk satu wadah budidaya Rotifera dibutuhkan 6 wadah budidaya Chlorella.

b.        Penginokulasian Bibit dan Pemupukan Susulan
Rotifera betina dapat bertelur 10 kali sebelum mati. Umur hidup Rotifera antara 3,4 – 4,4 hari pada suhu 25 oC. Biasanya larva menjadi dewasa setelah 0,5 – 1,5 hari dan dapat bertelur sampai setiap 4 jam sekali. Rotifera diinokulasikan dengan kepadatan 100 ind/ml pada wadah budidaya yang bervolume 25% dari volume total. Selanjutnya hari ke dua volume air ditambah 25% lagi dari air berklorela dengan menggunakan selang yang ujungnya di beri saringan berukuran 100 mikron seterusnya sampai hari ke 4. Kemudian air pada bak budidaya Chlorella di tambah menjadi 100% dan dilakukan pemupukan susulan. Sisa Chlorella (50% Volume) pada bak budidaya Chlorella berperan sebagai bibit Chlorella.

c.         Pemberian Pakan dan Pemanenan Rotifera
Rotifera dapat diberi pakan hidup berupa Chlorella. Chlorella diberikan secara bertahap (3 tahap) dengan menambah volume air.Sehari setelah volume air media pemeliharaan penuh Rotifera dapatdipanen. Rotifera dipanen dengan menggunakan selang yang ujungnyadiberi saringan yang berukuran 50 mikron sebab ukuran Rotifera > 50mikron dan selama proses pemanenan wadah panen harus diaerasi agar oksigen tetap tinggi. Pemanenan Rotifera dapat dilakukan seluruhnya atau hanya 50% volume bak. Apabila hanya 50% maka setelah panen dilakukan, bak rotifera diisi lagi dengan air ber- Chlorella sampai 100 % volume. Rotifera sisa hasil panen merupakan bibit awal budidaya Rotifera kedua. Cara ini hanya dapat dilakukan 2 – 3 kali.

Tidak ada komentar:

Sekilas Info

« »
« »
« »

Páginas