Kamis, 07 Maret 2013

Pembenihan Kerang Abalone Tropis (Haliotis asinina)


BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Abalon merupakan komoditas perikanan bernilai tinggi, khususnya di negara-negara maju seperti Eropa dan Amerika Utara. Biota laut ini dikonsumsi segar atau kalengan. Di Indonesia, jenis siput ini belum banyak dikenal masyarakat dan pemanfaatannya baru terbatas di daerah-daerah tertentu, khususnya di daerah pesisir.
Pemanfaatan sumber daya laut tidak hanya dilakukan melalui penangkapan, tetapi juga perlu dikembangkan usaha budidaya, salah satunya adalah budidaya laut. Saat ini pengembangan budidaya laut lebih banyak mengarah kepada ikan-ikan ekonomis tinggi dan tiram mutiara, sementara di perairan Indonesia masih banyak biota-biota laut yang masih bisa dikembangkan dan mempunyai nilai ekonomis tinggi, salah satunya adalah kerang abalone yang memiliki nama ilmiah Haliotis asinine. Pengembangan usaha budidaya kerang abalon di masa yang akan datang mempunyai prospek cukup cerah, mengingat beberapa keunggulan yang dimilikinya baik dari teknik budidaya sampai dengan pemasaran (Tahang dkk, 2006).
Haliotis asinine (Linnaeus, 1758) merupakan spesies abalon tropis yang dapat ditemui di Indonesia Bagian Timur (Bali, Lombok, Sumbawa, Sulawesi, Maluku, dan Papua). Kegiatan budidaya untuk menghasilkan benih abalon merupakan komponen produksi yang sangat penting karena ketersediaan benih di alam yang sangat terbatas tidak dapat diandalkan untuk pengembangan budidaya maupun konsumsi. Data SEAFDEC tahun 2007 menunjukkan bahwa pasar tidak dapat memenuhi 7.000 ton permintaan dunia akan abalon (Susanto dkk, 2009).
Nilai ekonomis abalon yang tinggi memberi pengaruh prestis bagi yang mengkonsumsinya. Di luar negeri abalon bisa menjadi makanan eksotik yang harganya mahal. Salah satu restoran di Hongkong memajang produk menunya di internet bernama Abalone with Congee dijual seharga US$82 (lebih dari Rp 700.000,00) (Bonang, 2008). Di samping itu, cangkangnya mempunyai nilai estetika yang berpotensi untuk dikembangkan dalam berbagai bentuk kerajinan tangan.
Daging abalon mempunyai nilai gizi yang cukup tinggi dengan kandungan protein 71,99%, lemak 3,20%, serat 5,60%, dan abu 11,11%. Cangkangnya mempunyai nilai estetika yang dapat digunakan untuk perhiasan, pembuatan kancing baju, dan berbagai bentuk barang kerajinan lainnya. Produksi abalon saat ini lebih banyak diperoleh dari tangkapan di alam. Hal tersebut akan nienimbulkan kehawatiran terjadinva penurunan populasi di alam               (Tahang dkk, 2006).
Selanjutnya dikemukakan bahwa meningkatnya kebutuhan akan abalon dapat mendorong usaha penangkapan secara intensif sehingga produksi abalon di alam berkurang sementara pertumbuhan abalon sangat lambat. Hal ini dapat mengakibatkan penurunan populasi abalone secara drastis di alam. Oleh karena itu upaya peningkatan produksi abalon perlu dikembangkan melalui usaha budidaya.
1.2. Tujuan Dan Manfaat
1.2.1. Tujuan
            Tujuan dalam penulisan maklah ini yaitu  Untuk mengetahui Budidaya Kerang Abalon (Haliotis asinina) Pada metode KJA, serta tahapan – tahapan dalam usaha budi daya Abalon, mulai dari awal Proses budidaya sampai pada proses panen dan pasca panen.
1.2.2. Manfaat
Hasil penulisan proposal ini diharapkan mampu menjadi bahan informasi tambahan dalam pengembangan usaha budidaya abalone, khususnya untuk jenis abalone Haliotis asinine, dan untuk budidaya perikanan pada umumnya.







BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Abalon (berasal dari bahasa Spanyol, Abulón) ialah suatu spesies kerang-kerangan (moluska) dari familia Haliotidae dan genus Haliotis. Ia dikenal pula sebagai kerang mata tujuh atau siput balik batu, ormer di Jersey dan Guernsey, perlemoen di Afrika Selatan, dan pāua di Selandia Baru.
2.1. KLasifikasi
Klasifikasi abalone (Haliotis asinina) menurut Geiger (2007) adalah sebagai berikut:
·         Kingdom               : Animalia
·         Sub Kingdom        : Metazoa
·         Phylum                  : Mollusca,  Linnaeus, 1758
·         Kelas                     : Gastropoda
·         Sub kelas               : Orthogastropoda
·         Ordo                      :  Archaegastropodo
·         Super Ordo           : Vetigastropoda
·         Family                   : Haliotidae
·         Super Family         : Pleuromariaceae
·         Genus                    : Haliotis
·         Species                  : Haliotis asinine


2.2. Morfologi Abalon (Haliotis asinina)
Menurut Fallu (1991) abalone memiliki cangkang tunggal atau monovalve dan menutupi hampir seluruh tubuhnya. Pada umumnya berbentuk oval dengan sumbu memanjang dari depan (anterior) ke belakang (posterior) bahkan beberapa spesies berbentuk lebih lonjong. Cangkang abalon berbentuk spiral namun tidak membentuk kerucut akan tetapi berbentuk gepeng.
Kepala terdapat di bagian anterior sedangkan puncak dari lingkaran (spiral) adalah bagian belakang (posterior) pada sisi kanan. Bagian luar cangkang agak kasar sedangkan bagian dalam halus dan tampak lapisan nacre bahkan beberapa spesies berwarna-warni.
Pada bagian sisi kiri cangkang terdapat lubang-lubang kecil berjajar. Lubang dibagian depan lebih besar dan semakin ke belakang mengecil dan tertutup. Biasanya lubang yang terbuka jumlahnya lima, lubang ini berfungsi sebagai jalan masuknya air yang mengandung oksigen dan keluarnya karbondioksida bahkan keluarnya sel-sel telur dan sperma serta untuk prose respirasi dan pengeluaran kotoran. Pertumbuhan cangkang terjadi dengan adanya penambahan bagian depan pada sisi kanan.
Kerang abalone memiliki satu cangkang yang terletak pada bagian atas. Pada cangkang tersebut terdapat lubang-lubang dalam jumlah yang sesuai dengan ukuran abalone, semakin besar ukuran kerang abalone maka semakin banyak lubang yang terdapat pada cangkang. Lubang-lubang tersebut tertata rapi mulai dari ujung depan hingga belakang cangkang. Kerang abalone juga mempunyai mulut dan sungut yang terletak di bawah cangkang serta sepasang mata.
Kaki pada abalone bersifat kaki semu, selain untuk berjalan juga untuk menempel pada substrat/dasar perairan. Kaki ini sebagian besar tertutup cangkang dan terlihat jelas bila abalon dibalik. Sebagian dari kaki yang tidak tertutup cangkang nampak seperti sepasang bibir. Bibir ini ditutup oleh kulit yang keras/kuat berfungsi sebagai perisai untuk melawan musuhnya
Pada sekeliling tepi kaki terlihat sederetan tentakel untuk mendeteksi makanan atau predator yang mendekat. Bagian dari abalone yang dimakan adalah otot daging yang menempel pada cangkang dan kaki, sedangkan isi perut dan gonad pada kulit terluar dari kaki dibuang.
Kepala terdapat dibagian depan dari kaki, dilengkapi dengan sepasang tentakel panjang pada bibir. Tentakel ini ukurannya lebih besar seperti halnya tangkai mata pada siput darat. Mulut terdapat di bagian dasar dari kepala, tidak memiliki gigi tapi terdapat lidah yang ditutupi oleh gigi geligi dan disebut radula yang digunakan untuk memarut (menghancurkan) makanan yang menempel di substrat.
2.3. Habitat dan Tingkah Laku
Kerang Abalone biasa ditemukan pada daerah yang berkarang yang sekaligus dipergunakan sebagai tempat menempel. Kerang abalone bergerak dan berpindah tempat dengan menggunakan satu organ yaitu kaki. Gerakan kaki yang sangat lambat sangat memudahkan predator untuk memangsanya.
Moluska mendiami semua habitat di laut, mulai dari terumbu karang, padang lamun, pantai berbatu, pantai berpasir, dataran berlumpur, estuari, hutan mangrove, laut dangkal, sampai palung laut. Abalone biasa ditemukan pada daerah yang berkarang yang sekaligus dipergunakan sebagai tempat menempel. Abalone bergerak dan berpindah tempat dengan menggunakan satu organ yaitu kaki. Gerakan kaki yang sangat lambat sangat memudahkan predator untuk memangsanya (Sudradjat dalamCholik et al., 2006).
Siang hari atau suasana terang, abalone lebih cenderung bersembunyi di karang-karang dan pada suasana malam atau gelap lebih aktif melakukan gerakan berpindah tempat. Ditinjau dari segi perairan, kehidupan abalone sangat dipengaruhi oleh kualitas air. Secara umum, spesies abalone mempunyai toleransi terhadap suhu air yang berbeda-beda, contoh; H. Kamtschatkana dapat hidup dalam air yang lebih dingin sedangkan H. Asinina dapat hidup dalam air bersuhu tinggi (300C). Parameter kualitas air yang lainnya yaitu, pH antara 7-8, Salinitas 31-32 ppt, H2S dan NH3 <> 3 ppm (Sudradjat dalam Cholik et al., 2006).
Tidak semua pantai yang berkarang terdapat kerang abalone. Secara umum, kerang abalone tidak ditemukan di daerah estuaria yaitu pertemuan air laut dan tawar yang biasa terjadi di muara sungai. Ini mungkin disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya adanya air tawar sehingga fluktuasi salinitas yang sering terjadi, tingkat kekeruhan air yang lebih tinggi dan kemungkinan juga karena konsentrasi oksigen yang rendah.
2.4. Makanan dan Kebiasaan Makan
Kerang abalone merpakan hewan herbivore, yaitu hewan pemakan tumbuh-tumbuhan dan aktif makan pada suasana gelap. Jenis seaweed/makro alga yang tumbuh dilaut sangat beraneka ragam. Secara garis besar ada 3 golongan seaweed/makro alga yang hidup di laut, yaitu; 1) makro alga merah (Red seaweeds), 2) alga coklat (Brown seaweeds), dan 3) alga hijau (Green seaweed). Berikut ini spesies/jenis seaweed yang dapat dimanfaatkan kerang abalone sebagai makanannya, yaitu:
Tabel 1. Jenis-jenis pakan alami Abalon (Haliotis asinina) dari makro algae
Makro alga merah
Makro alga coklat
Makro alga hijau
·        Corallina
·        Lithothamnium
·        Gracilaria
·        Jeanerettia
·        Porphyra
·         Ecklonia
·         Laminaria
·         Macrocystis
·         Nereocystis
·         Undaria
·         Sargasum
·         Ulva

Pakan yang diberikan adalah rumput laut , dengan cara : Pakan  diberikan 4-5 hari sekali 2-3kg/unit wadah. Apabila bau busuk, karena mengandung bahan beracun (NH3 dan H2S) maka dilakukan pengontrolan, pakan yang busuk diganti baru.
2.5. Reproduksi dan Daur Hidup
Abalone tergolong hewan berumah dua atau diocis, yaitu betina dan jantan terpisah. Kematangan gonad induk jantan maupun betina berlangsung sepanjang tahun dengan puncak musim memijah terjadi pada bulan-bulan Juli dan Oktober. Telur yang siap dipijahkan berdiameter 100 µm, di laboraturium telur yang dipijahkan berdiameter rata-rata 183 µm (Cholik et al., 2005).
Proses pemijahan abalone umumnya berlangsung pada malam hari, yakni sekitar pukul 23.00 – 06.00. Pemijahan ditandai dengan induk jantan mengeluarkan sperma dan kemudian diikuti oleh induk betina dengan mengeluarkan sel telur. Abalone yang akan melakukan pemijahan merayap ke permukaan bak, kemudian sperma dan sel telur di semprotkan ke badan air. Air akan berubah menjadi bau amis dan menjadi keruh akibat pengaruh dari sperma dan sel telur yang dikeluarkan. Selain itu, juga terdapat gelembung-gelembung pada permukaan air. Proses embryogenesis berlangsung selama ± 5 – 6 jam dari proses pemijahan, telur akan berubah menjadi throcophor yang akan melayang-layang (planktonis) di badan air. Larva throcophor akan berkembang menjadi larva veliger dan menumbuhkan statosis setelah 30 jam dari proses pemijahan.
2.6. Pemeliharaan dan Seleksi Induk
            Wadah pemeliharaan induk terbuat dari bak beton dengan volume 1,5 m3 dengan padat tebar 200-300 induk/bak. Sumber induk berasal dari alam dengan cara para penangkap menyelam dengan kedalaman 2-3 meter atau pada saat air laut surut pada pagi hari. Syarat abalone yang akan dijadikan induk dalam kegiatan pembenihan perlu dilakukan pengamatan. Induk abalone yang sehat dapat kita lihat dari warna tubuh kerang abalone dan tidak terserang hama  penyakit dan gerakannya sangat agresif. Penanganan induk, dalam penanganan induk kerang abalone baik jantan maupun betina harus dipelihara terpisah untuk menghindari spontaniosis spawning atau biasa disebut mijah maling.
Seleksi induk, syarat-syarat induk berkualitas: ukuran cangkang >5cm, sehat, tanpa cacat atau luka,  perbedaan jantan dan betina (jantan gonadnya berwarna cream/putih sedangkan betina warna gonadnya hijau/cokelat kadang kebiruan. Pengecekan gonad dilakukan 3 hari sebelum bulan gelap dan bulan terang dan tingkat kematangan gonadnya minimal untuk dipijahkan 75%.

2.6.1. Pemeliharaan Larva
Persiapan pakan alami untuk larva, Plankton adalah pakan alami yang disediakan melalui kultur di wadah terkontrol. Kultur plankton ada 3 tahapan: Skala Laboratorium, Semi Massal, dan Skala Massal. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan plankton: nutrien yng dibutuhkan, suhu, salinitas, pH, morfologi dan intensitas cahaya. Species plankton yang biasa dibudidaya-kan untuk larva yaitu: Nannochloropsis sp,Dunaliella salina, Pavlova sp, Isocrysis galbana, Isocrysis tahiti, Tetraselmis chuii, Nitzschia sp, Chaetoceros simplex, Chaetoceros gracillis. Pemberian pakan dengan pakan alami tersebut di atas biasanya diberikan sehari 3 kali. Untuk tingkat consentrasi pakan alami tsb. minimal 10 ekor/cc plankton yang selalu tersedia pada bak pemeliharaan larva. Pemanenan larva abalone dilakukan pada umur 3-4 bulan karena lebih aman dilakukan ukuran benihnya sudah berkembang.
Benih siap tebar untuk budidaya Abalone Ukuran benih relatif seragam yaitu 1 cm/ekor (ukuran panjang cangkang) atau lebih. Telah mampu memanfaatkan pakan rumput laut segar sebagai makanannya, seperti Gracilaria sp. Sensitif terhadap respon dari luar, benih abalone yang sehat karena akan cepat merespon ransangan dari luar. Abalone cenderung melekat kuat pada substrat jika disentuh, jika direndam dalam air tawar akan mengkerut dan mengeras, dikembalikan ke air laut akan cepat melakukan pergerakan .Jika dipegang terasa kenyal dan padat tidak lemas .Cangkang tidak pecah atau cacat dan tidak terdapat luka pada bagian badan/daging.
2.7. Pengelolaan Kualitas Air
Parameter
Angka/nilai
Salinitas
> 30 ‰
Suhu air
20 °C
Intensitas cahaya
> 3000 Lux
NH 4 OH-N
<5 ppb
pH
8.0 - 8.3
Padat tebar
400 – 500 /m2

1.      Pengelolaan dilakukan dengan penggantian wadah atau waring setiap sebulan sekali.
2.      Organisme penempel di waring perlu dibersihkan agar tidak mengganggu kondisi perairan pemeliharaan abalone.
3.      Waring lama diangkat dan diganti waring baru.
4.      Pengontrolan pakan yang busuk karena mengandung NH3 yang menempel.
2.8. Kultur Pakan Alami (Diatomae)
Kultur diatom adalah suatu kegiatan yang akan dilakukan dalam rangka menyediakan diatom dalam jumlah yang memadai untuk pakan larva/juvenil abalone. Kegiatan ini dilakukan didalam laboratorium / hatchery abalone dengan spesis yang sudah ditentukan yaitu Nitzchia sp. dan Isochrysis sp. Wadah yang digunakan adalah akuarium vol 100 –200 liter yang akan dilengkapi dengan rearing plate dan penerangan lampu neon 40 Watt.
2.9. Pencegahan dan Pengobatan Penyakit
Pencegahan penyakit dapat dilakukan dengan sterilisasi bak saat persiapan bak serta menyaring air yang masuk dengan filter. Selain itu, untuk menghilangkan organism yang dapat menjadi kompetitor bagi larva, maka dilakukan penyemprotan feeding plate dengan cara mengangkat feeding plate secara perlahan keluar dari bak kemudian ditempatkan pada wadah plastik berisi air laut lalu direndam dan digosok hingga bersih lalu dialirkan air laut bersih.
2.10. Panen dan Pemasaran
Pemanenan biasanya dilakukan mulai pada bulan kedelapan. Untuk pemasaran dapat dilakukan di dalam maupun luar negeri dengan kisaran harga jual sekitar Rp. 600.000,- per kg. Ukuran cangkang diatas 8 cm dengan berat 30-40gr. Pemanenan dapat dilakukan secara selektif maupun secara keseluruhan, tergantung pada permintaan konsumen. Di packing dalam kantung plastik berisi air dan diberikan Garcillaria sp. Kepadatan 20-25 ekor/kantung volume 25 L, kemudian dimasukkan dalam kotak styrofoam (27x45x30 cm) muat 2 kantung, kemudian diberikan es batu diluar kantung. Untuk transportasi > 13 jam kepadatan dikurangi.




BAB III
PENUTUP
Keberhasilan dalam kegiatan pembenihan Abalone memerlukan keahlian khusus yang didapat dari pengalaman eksperimental. Oleh karena perlu untuk di susun metode kerja proses pembenihan Abalone, sehingga dapat mengembangkannya di kemudian hari. Informasi budidaya abalone secara singkat ini semoga bermanfaat, terutama pada daerah yang memiliki potensi untuk pengembangan budidaya abalone. Akhirnya jika para pembaca/para guru/ pelaku budidaya abalone memiliki pengalaman yang lebih, mohon sharing pengalaman, kirimkan kepada redaksi.
Mudah-mudahan metode kerja proses pembenihan abalone ini dapat diserap oleh masyarakat luas dan diaplikasikan untuk peningkatan pendapatan masyarakat.

2 komentar:

Wahyu Ramadhan Saputro mengatakan...

ewakko na..
makasih ki' ataas artikelnya...

Unknown mengatakan...

okeee, thanks kawan dahblogwalking n visit blog saya.

Sekilas Info

« »
« »
« »

Páginas