“Ketika
Aku Mengingat”
E
|
ntah
dari mana diri ini berfikir untuk menuliskan sedikit kisah tentang perjalanan
hidup yang telah aku tempuh hingga hari ini. Jemari ini menggerogoti keyboard Laptopku yang telah berusia
menjelang dua tahun dan mulai bercerita dalam hati. Aku hanya berharap, suatu
hari nanti aku dapat kembali membacanya dan mengingat masa lalu itu dan
tersadar bahwa itu benar – benar telah
berlalu dan tak akan terulang kembali.
Masa Kecil
Jika
diri ini dapat memilih masa hidup yang ingin ku jalani, maka aku akan berkata,
hentikan umurku tuhan ketika aku berumur 5 tahun dan biarkan aku hidup di masa
kecilku yang tiada beban, penuh ceria dan tawa, kasih sayang yang utuh, dan impian
yang tak terbatas, itu jawabku, seandainya. Namun tak seorangpun di dunia ini
mampu memperlambat ataupun menpercepat waktu, karena semua berjalan diatas
jalur yang telah digariskan oleh yang menciptakan takdir, Allah S.W.T. Hidup
ini bagaikan sebuah sandiwara yang telah di atur oleh dalangnya. Jika ingin
sandiwara ini berakhir dengan baik, tentunya perankan watak dan peraturan yang
telah menjadi ketentuan sang dalang, namun jika tidak yaa mohon maaf saja! Dan satu-satunya masa dimana kita belum mendapat
peran apa-apa ialah ketika kita belum mengerti apa itu sandiwara dan kehidupan
ialah “masa kecil”. Masa kecil, adalah masa yang sangat cepat berlalu dan juga
masa sukar untuk diingat kembali, sehingga diciptakan pada masa itu kabahagiaan
dan keceriaan yang lebih banyak dibanding dengan beban dan tanggung jawab. Aku
bertanya pada diriku sendiri untuk masa kecilku, kenapa aku tidak mengerti apa
– apa saat itu? Apakah karena aku belum banyak tahu, ataukah karena diri ini
belum banyak belajar? Dan akhirnya tersirat dibenak ini tentang jawabannya yang
ku simpulkan bahwa “aku belum banyak tahu karena aku belum banyak belajar”.
Bahkan mungkin orang dewasa sekalipun yang telah banyak menelan asam pahitnya
hidup belum tentu mengerti semuanya.
Di masa
kecilku, aku adalah anak yang cukup cerdas, menurut para tetanggaku. Saya sudah
dapat membaca tanpa mengeja dan menghitung sebelum memasuki bangku sekolah
dasar. Hal ini saya dapatkan dari kegigihanku dan ketidak putus asaanku
dimarahi oleh ayah dan ibu ketika mereka sedang serius mengajari kakakku yang
bernama Sulaiman yang juga merupakan anak pertama, terpaut satu tahun lebih tua
dariku. Katanya belum waktunya bagiku, yang artinya pada saat itu kakakku yang
lebih penting dahulu untuk belajar. Entah bagaimana cara mengungkapkan kejadian
waktu itu, karena perasaan seorang anak kecil yang seringkali menengkap suatu
teguran sebagai hal yang positif yang tentunya membuat saya sedih waktu itu,
akhirnya saya hanya bisa memperhatikannya dari jauh dan secara diam-diam. Suatu
kejadian yang tidak saya lupakan hingga sekarang ketika masa itu yakni ketika
saya belajar membaca sebuah tulisan yang tertulis dibaju berwarna hitam tulisan
berwarna ungu, yang dipakai oleh seorang ibu. Yang menjadi hal selit terlupakan
ialah karena tulisan itu tepat berada didepan bagian dada ibu itu. Sejenak saya
ditertawakan karena tingkahku.
Tidak
banyak hal yang dapat saya ingat dimasa kecilku, hanya sebuah album tua yang
sering diperlihatkan oleh ibuku. Saya punya foto bermain dengan kakak saya
dikebun tepat dibawah pohon coklat tanpa memakai baju dan foto yang membuatku
tersenyum ketika melihatnya yaitu ketika berfoto diruang tamu dengan kakakku
dan saya memakai lipstik dan bedak yang sedikit belepotan, jaket yang mirip, baju, celana dan sepatu yang sama. Kenangan
lain yang tak terlupakan ialah ketika duduk dipangkuan sang nenek bersama kakak
saya disebuah tempat duduk depan rumah nenek yang bersebelahan jalan dengan
rumahku pada saai itu. Hari itu adalah hari Jum’at, ibuku sedang kepasar dan
ayah yang sedang mengurusi sawah yang akan ditanami padi esok harinya. Ketika
kami sedang bercanda, terlihat dua orang mengendarai motor yang berhenti
didepan rumah saya dan salah satu dari mereka turun membawa sebuah kantongan
ataukah karung menuju kerumahku. Selama orang yang satunya menghilang masuk
kedalam rumahku, satu hal yang sadari adalah saya, nenek dan kakak saya tidak
dapat berkata apa-apa, sejenak keceriaan kami terhenti saat itu. Tak lama
kemudian pria yang masuk kedalam rumah kembali dengan membawa sebuah barang
dalam karungnya, aku melihatnya seperti sebuah kotak yang mirip jerigen. Mereka
pergi dengan tergesa-gesa, menghilang dari penglihatan dengan motornya.setelah
kejadian itu, seperti kami kembali tersadar dan rasanya tak terjadi apa-apa.
Tidak lama kemudian ibuku datangdan turun dari mobil chevrolet berwarna merah dengan membawa barang belanjaannya. Aku
menghampirinya dan aku memceritakan hal yang tadi saya alami. Setelah kami
berada dalam rumah, ternyata radio tape
yang sudah tua menhilang. Radio yang menyimpan begitu banyak kenagan, media
hiburan pada saat itu. Kini rumah saya semakin sunyi setiap malam, yang dulunya
sering terdengar banyak nyanyian lagu dangdut Rhoma Irama, yang membuat saya
menyukai lagu dangdut era 90-an sampai sekarang.
Cerita Nenekku
Sebelum
saya masuk bangku sekolah dasar, orang tuaku menjual rumah lama kami dan
memebeli rumah yang sedikit lebih besar dan layak. Rumah baru kami ditempatkan
tepat disamping kiri rumah nenekku.
To Be Continue..........